TEMPO.CO, Jakarta - Para pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang hanya bisa menundukkan kepala saat Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia mengajak mereka menonton ulang pertandingan sepak bola gajah yang mereka mainkan pada Ahad lalu. Demikian disampaikan Ketua Komisi Disiplin PSSI Hinca Panjaitan, Selasa malam, 28 Oktober 2014.
"Sepak bola pada prinsipnya adalah untuk mencari kemenangan, tapi pada pertandingan PSS Sleman melawan PSIS Semarang justru pengin kalah," kata Hinca. "Ini mencederai fair play."
PSS Sleman dan PSIS Semarang bertemu dalam penentuan juara Grup N Divisi Utama Liga Indonesia di lapangan Akademi Angkatan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Ahad lalu. Alih-alih mencetak gol ke gawang lawan, kedua tim justru berebut mencetak gol ke gawang sendiri. PSS Sleman mencetak tiga gol bunuh diri, sementara PSIS Semarang mencetak dua.
Karena itulah laga tersebut disebut sepak bola gajah. Soalnya, para pemain bersikap seperti gajah yang sedang bermain sepak bola: mereka tidak tahu ke gawang mana harus mencetak gol.
Menurut pengusutan Komdis PSSI, Hinca mengatakan lima gol bunuh diri yang terjadi pada laga tersebut dilakukan secara sengaja. Sebab, baik PSS Sleman maupun PSIS Semarang sama-sama ingin kalah agar tidak bertemu dengan Borneo FC pada babak semifinal. Komisi Disiplin kemudian mendiskualifikasi PSS Sleman dan PSIS Semarang. Kedua klub ini terbukti mencederai semangat sportivitas dalam sepak bola. Selain itu, Komisi Disiplin juga menggelar investigasi terhadap semua pemain dan pelatih.
Adapun pengurus PSS Sleman membantah tudingan tersebut. Suparjiono, manajer klub tersebut, mengatakan para pemainnya tidak sengaja mencetak gol bunuh diri. (Baca kesaksian pengawas pertandingan tersebut di sini)
ANTARA | DWI AGUSTIAR
Berita Lain
Drogba Gol Lagi, Chelsea Kalahkan Shrewsburry
Balotelli Antar Liverpool Singkirkan Swansea
Persebaya Kritis, Rahmad Darmawan Tetap Optimistis