TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) khawatir dengan dampak karambol jika penetapan upah minimum kabupaten serta kenaikan harga bahan bakar minyak dilakukan saling berdekatan waktunya.
"Beban itu nanti terakumulasi semua dalam harga pokok penjualan, kami yang berat," kata Sekretaris Asosiasi Wirausaha Kotagede 'Senopati' Aris Munandar, Ahad, 2 November 2014.
Upah Minimum Kota Yogyakarta mulai awal 2015 ditetapkan sebesar Rp 1,3 juta, naik dari Rp 1,1 juta dari tahun ini. Sedang pemerintah pusat sebelum 2015 mengisyaratkan akan menaikkan harga BBM subsidi sekitar Rp 3.000 per liter.
Aris yang juga pemilik usaha industri kerajinan perak 'Radana Craft' itu mengatakan, pelaku UMKM biasanya mempekerjakan orang sesuai order yang mereka minta. Alias tidak punya karyawan tetap. Namun, untuk ongkos produksi pekerja yang disewa itu pembayarannya juga menyesuaikan standar upah minimum. "Jadi sama saja seperti menanggung karyawan tetap," katanya.
Dalam sepekan, satu usaha kerajinan perak bisa menghabiskan sekitar satu kilogram perak dan menjual tak kurang sekitar 100 item pesanan. Dengan ongkos perajin masih stabil, Rp 100-200 ribu berdasarkan tingkat kesulitan. "Kalau BBM jadi naik akhir tahun ini, dan awal 2015 sudah ada standar upah minimum baru, jelas itu mempengaruhi produksi yang akhirnya merembet ke harga jualnya jadi tinggi," kata dia.
Pengusaha kerajinan perak khawatir, perak yang saat ini mulai kembali menjadi primadona dibanding emas putih atau murni untuk prosesi pernikahan, akan kembali terpuruk jika harga jualnya melambung. "Kami minta pemerintah daerah memperhatikan dan mengantisipasi dampak BBM dan upah minimum itu pada UMKM, bukan industri besar saja," kata dia.
Wirajaya, pemilik industri makanan ringan 'Kalesia' yang memproduksi jajanan ampyang mengaku tak akan mampu menghadapi beban ganda akibat upah minimum baru dan kenaikan BBM itu. "Untuk upah tahun ini saja kami tangguhkan dan bayar bertahap, apa lagi tahun depan naiknya tinggi sekali," kata Wirajaya yang mempekerjakan karyawan tak sampai sepuluh orang itu.
Dia memprediksikan margin keuntungan saat BBM jadi dinaikkan akan semakin mepet karena akan mempengaruhi kulakan bahan baku utama. "Khususnya gula, jika BBM naik pasti akan naik," kata pengusaha yang biasa memproduksi 3.000 pak jajajan tiap bulan itu.
PRIBADI WICAKSONO