TEMPO.CO, Madiun - Puluhan warga Indonesia dan Malaysia rekan pasien yang diduga terjangkit ebola, M, tidak bisa menjalankan aktivitas dengan lancar. Mereka yang bekerja di perusahaan kayu Forest Venture, Buchanan, Liberia, terkendala keterlambatan pengiriman alat berat, seperti mesin pemotong kayu dan mesin penarik kayu ke dalam hutan.
“Kondisi ini terjadi pada bulan April dan Mei lalu,” kata rekan M, Hari Prasetyo, warga Desa Sebayi, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ahad, 2 November 2014. (Baca juga: Trombosit Pasien Terduga Ebola di Madiun Menurun)
M, warga Kecamatan Gemarang, diduga terjangkit ebola. Pria berusia 29 tahun ini tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun, Jawa Timur. (Baca juga:Pasien Terduga Ebola di Kediri Jalani Uji Lab Ketiga)
Menurut Hari, pekerjaan M dan rekan-rekannya juga terhambat masalah kerusakan alat berat pada Juni dan Juli lalu. Faktor penghambat kerja lainnya adalah datangnya musim penghujan sejak Agustus hingga Oktober. “Selama tiga bulan saat musim hujan kami sama sekali tidak bekerja karena kendaraan berat tidak bisa masuk hutan,” ujar Hari. (Baca juga: Kasus Suspect Eboladi Indonesia Sudah Lima Kali)
Saat pekerjaan terhenti, ujar Hari, para pekerja yang berasal dari Madiun, Kediri, Tulungagung, Sulawesi, Manado, dan Malaysia itu hanya berada di dalam mess. Waktu mereka banyak dihabiskan untuk berbincang. (Baca juga: Ini Empat Gejala bagi Terduga Penderita Ebola)
“Hanya makan dan tidur saja. Kalau dihitung waktu kerjanya hanya sekitar 30 hari,” ujar pria yang bekerja sebagai operator kendaraan pengangkut kayu dari hutan ke tempat penampungan itu.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Berita lain:
Menteri Energi: Petral Tak Harus Dibubarkan
Ahmad Yani Kecewa Dijegal Jadi Ketua Umum PPP
Raden Nuh Ditangkap, Asatunews Tak Update Berita