TEMPO.CO, Cilacap - Ayah Sumarti Ningsih, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dibunuh di sebuah apartemen di Hong Kong, Ahmad Kaliman, 58 tahun, terkejut dengan kematian tragis anaknya. "Mestinya dia pulang lima hari lagi," kata Kaliman di rumahnya di Grumbul Banaran RT 2 RW 5, Desa Gandrungmangu, Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap, Selasa, 4 November 2014. (Baca: PSK Indonesia Dibunuh di Apartemen Mewah Hong Kong)
Sumarti diduga dibunuh dan dimasukkan ke dalam koper oleh Rurik Jutting, seorang bankir Inggris di Hongkong. Polisi Hong Kong menemukan Sumarti dengan kepala nyaris terpenggal dan kedua kaki serta tangan terikat. (Baca: Profil Pembunuh PSK Indonesia di Hong Kong)
Sumarti dibunuh secara sadis bersama Jesse Lorena Ruri, seorang korban berkewarganegaraan Filipina. Rurik Jutting disebut sering menggunakan flatnya untuk pesta obat terlarang dengan sekian pekerja seks komersial. (Baca: Sebelum Dibunuh, PSK Indonesia Disewa Rp 19 Juta)
Kaliman mengatakan ia mendapat kabar bahwa anaknya meninggal dari seorang polisi pada Senin sekitar pukul 17.00 WIB. Kabar kematian anaknya juga datang dari agen yang mengirimkan anaknya bekerja di Hongkong. (Baca: PSK Indonesia Sudah 4 Tahun Kerja di Hong Kong)
Menurut Kaliman, ia terakhir berkomunikasi dengan Sumarti pada 15 Oktober 2014. Melalui pesawat telepon, saat itu Sumarti mengabarkan akan pulang ke Indonesia pada Ahad, 2 November 2014. Kepulangannya dilakukan karena visa liburannya sudah habis. "Sejak saat itu sudah tidak ada kabar. Handphone-nya tidak aktif sepuluh hari terakhir," katanya. (Baca: Menlu Kirim Tim Identifikasi Mayat WNI di Dalam Koper)
Baca Juga:
ARIS ANDRIANTO
Topik terhangat:
TrioMacan | Penghinaan Presiden | Susi Pudjiastuti | Kabinet Jokowi
Berita terpopuler lainnya:
Kata Ahmad Dhani Soal Tato dan Rokok Menteri Susi
Tjahjo Kumolo: Paling Enak Jadi Anggota DPR
Ahok Pernah Diperas oleh @TrioMacan2000
9 Momen Dramatis di Balik Kasus Penghinaan Jokowi