TEMPO.CO, Wan Chai - Rurik George Caton Jutting resmi menjadi tersangka setelah mengakui perbuatannya membunuh dua pekerja asal Indonesia, yaitu Sumarti Ningsih dan Jesse Lorena Ruri alias Seneng Mujiasih, pekan lalu. Kabar itu cukup mengejutkan orang-orang yang mengenal Jutting di kawasan Wan Chai, Hong Kong. Menurut laporan saksi, pria 29 tahun itu memang suka mem-bully orang lain. Namun, ia tidak menyangka Jutting akan melakukan pembunuhan.
"Dia suka mem-bully orang lain. Dia akan menggunakan tubuh besarnya untuk mendorong orang agar bisa melewati kerumunan dengan leluasa. Dia juga suka menganggu tamu di sini," kata seorang saksi yang sering melihat Jutting di bar di Wan Chai, Hong Kong, seperti dilaporkan News.com.au, Kamis, 6 November 2014.
Steve Sayell, seorang mantan polisi Inggris yang sering bertemu Jutting di bar, menjelaskan bahwa lulusan Cambridge University itu sering tertekan karena ingin selalu mendapatkan banyak uang. "Saya cukup mengenal Juttting dan kami sering mengobrol. Dia mengaku sedang tertekan karena merasa harus mendapatkan uang yang lebih banyak," kata Sayell. (Baca: Pembunuh TKI, Rurik Jutting: Saya Tidak Gila)
Jutting adalah bankir asal Inggris yang bekerja untuk Bank of America Merrill Lynch di Hong Kong. Namun, beberapa hari sebelum kasus ini terbongkar, Jutting telah mengundurkan diri.
Jutting menyewa apartemen J Residence yang merupakan salah satu tempat tinggal mewah di Wan Chai. Biaya sewa untuk satu bulannya bahkan mencapai Rp 30 jutaan. (Baca: Jutting, Pria Atraktif yang Berubah Jadi Psikopat)
Baca Juga:
Di apartemen itulah polisi menemukan jenazah Ningsih dan Jesse yang tewas mengenaskan. Kasus itu terbongkar setelah Jutting menelepon polisi dan mengaku bahwa ia telah membunuh seseorang.
RINDU P. HESTYA | NEWS.COM.AU
Berita Lain:
Hina Al-Quran, Sepasang Umat Kristen Dibakar
Pembunuh Dua TKI Suka Seks Menyimpang
Sebelum Dibunuh, TKI Jessie Pamit Berpesta