TEMPO.CO, Jakarta - Hasil riset terbaru dari lembaga survei Poltracking Institute menunjukkan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie tidak layak kembali menduduki posisi tertinggi di partai berlambang pohon beringin itu. Alasannya, pria yang kerap dipanggil Ical tersebut berada di posisi kedua terbawah menurut hasil survei. (Baca: Ical Masih Nafsu Berebut Ketua Umum Golkar)
"Sepertinya ini dipengaruhi kegagalan Ical pada pemilu legislatif dan pemilu presiden kemarin. Pada pileg, Golkar gagal meraih suara terbanyak, sementara pada pilpres tak ada satu pun capres dari Golkar," ujar peneliti Poltracking, Arya Budi, Kamis, 13 November 2014.
Menjelang berlangsungnya Musyawarah Nasional Golkar pada awal 2015, nama Aburizal masih disebut-sebut sebagai calon ketua umum selain Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso. Sebab, masih ada dukungan dari sejumlah dewan pimpinan daerah beringin terhadap pria yang kerap menggunakan inisial nama ARB itu.
Arya mengatakan Ical dinilai gagal ketika diukur menggunakan 10 aspek penilaian yang disusun oleh 173 pakar. Sepuluh aspek itu meliputi rekam jejak, kompetensi, visi-gagasan, komunikasi elite, komunikasi publik, akseptabilitas publik, pengalaman, kemampuan memimpin partai, kemampuan memimpin koalisi, dan kemampuan memimpin pemerintahan dan negara. (Baca: Akbar Tandjung: DPP Golkar Dukung Pilkada DPRD)
Dari sepuluh aspek tersebut, Ical gagal dalam enam aspek. Enam aspek itu adalah rekam jejak, kompetensi, visi-gagasan, komunikasi publik, akseptabilitas publik, pengalaman, dan kemampuan memimpin pemerintahan dan negara. Kebanyakan, Ical mendapat peringkat kedua dalam aspek-aspek itu.