TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan rupiah diperkirakan bakal lebih liar menjelang keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pengamat valuta asing, Lindawati Susanto, memperkirakan fokus pasar pekan ini akan bergeser ke sentimen dalam negeri terkait dengan harga BBM bersubsidi. "Menjelang pengumuman kenaikan harga BBM, volatilitas rupiah akan cenderung meningkat," kata Lindawati.
Pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan diumumkan setelah Presiden Joko Widodo kembali ke Tanah Air telah meyakinkan pasar bahwa harga BBM pasti naik. Spekulasi itu dikuatkan oleh pernyataan bank sentral yang akan mengkaji langkah-langkah guna mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan sektor moneter. (Baca: Subsidi BBM Hantui Kurs Rupiah)
Baca Juga:
Menurut Lindawati, kenaikan harga BBM pasti akan membuat rupiah melemah. Namun pelemahan rupiah diperkirakan tidak terlalu tajam karena kebijakan itu sudah ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar. "Investor meyakini kenaikan harga BBM akan memperbaiki struktur perekonomian dalam jangka panjang," kata dia.
Terkait dengan potensi lonjakan permintaan atas dolar di pasar spot, selama likuiditas dolar masih tersedia serta tidak adanya aksi spekulasi yang berlebihan, posisi rupiah masih aman. Apalagi posisi cadangan devisa Bank Indonesia saat ini cukup kokoh di level US$ 112 miliar. (Baca: Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Benamkan Rupiah)
Pada pekan ketiga November 2014, dolar AS diperkirakan masih cenderung menguat seiring dengan ekspektasi kenaikan data penjualan retail pada Oktober. "Adapun rupiah akan bergerak dalam rentang cukup lebar, di kisaran 12.000-12.250 per dolar AS," ujar Lindawati.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Jokowi Kenalkan Blusukan di Forum G-20
Kasus Shabu Unhas, Nilam Dikenal Temperamental
Sarwono: Ada Calon Ketum Golkar yang Pro-Jokowi