TEMPO.CO, Tasikmalaya - Dede Roni, warga Indonesia yang menjadi korban tenggelamnya kapal penangkap ikan asal Korea Selatan, Oryong 501, di Laut Bering, Rusia, bekerja sebagai pelaut sejak 1998. Dede sempat berhenti beberapa tahun, kemudian kembali melaut pada Juli 2014.
"Saya lupa lagi kapan Dede berhenti melaut, karena sudah tahunan. Namun dia melaut lagi bulan Juli 2014," kata kakak kandung Dede Roni, Dikdik, saat ditemui di rumah orang tuanya di Kampung Ciputri, Desa Singasari, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu sore, 3 Desember 2014. (Baca juga: 14 Nelayan Pantura ABK Kapal Oryong yang Tenggelam)
Kapal Oryong 501 yang berbobot 1.753 ton dan membawa 60 awak tenggelam di Laut Bering sebelah barat, Senin lalu. Hingga kini, baru diketahui 12 orang tewas, 41 orang hilang, dan sisanya selamat. (Baca: Ini Daftar WNI di Kapal Oryong yang Tenggelam)
Dikdik menjelaskan, selama ini, adiknya tinggal di Soreang dan Singaparna. Soreang merupakan tempat tinggal ibunya yang kini sudah bersuami lagi. (Baca: Dokumen WNI Kecelakaan Kapal Oryong Legal)
Ayah Dede, Ajid, bercerai dengan ibu kandung Dede, Fatimah, pada 1986. "Dede bolak-balik Soreang-Singaparna," ujar Dikdik. (Baca: Insiden Kapal Oryong, Satu WNI Diduga Tewas)
Baca Juga:
Menurut Dikdik, saat akan berangkat ke Korea Selatan pada Juli lalu, Dede sempat mengelus-elus adik bungsunya, Gingin, di Bandara Soekarno-Hatta. Kepada Gingin, Dede berpesan agar menjaga ibunya. "Gingin sangat kehilangan," tutur Dikdik.
CANDRA NUGRAHA
Berita lain:
Gubernur FPI Siap Duel dengan Nikita Mirzani
Fuad Amin Ditangkap KPK, Ini Motif Suapnya
Ini 5 Seleb Dunia dengan Pernikahan Terlama