TEMPO.CO, Klaten - Salah seorang pramugara pesawat AirAsia QZ8501 Wismoyo Ari Pramudi rupanya melupakan salah satu kebiasaan yang biasanya ia lakukan sebelum terbang. Sepupu Wismoyo, Erna Retnowati, 35 tahun, mengatakan biasanya Wismoyo selalu menelepon ibunya, Sri Sumingsri, sebelum terbang.
“Kali ini tidak sempat menelepon, mungkin karena buru-buru,” ujar Erna, saat ditemui di rumahnya, di Jetak, Klaten, Jawa Tengah, Senin, 29 Desember 2014. (Baca: Air Asia Belum Kontak Orang Tua Pramugara)
Menurut Erna, kedua orang tua Wismoyo, Suharno dan Sri Suingsri, hingga kini masih sangat terpukul dengan kabar hilangnya pesawat jenis Airbus A320-200 yang ditumpangi anak mereka. Saat Tempo berkunjung, Bapak dan Ibu Wismoyo belum bersedia ditemui. (Baca:Pencarian Air Asia Terkendala Cuaca)
Erna mengatakan sejak kemarin, kedua orang tua Wismoyo memang lebih banyak mengurung diri. Mereka terus menangis saat beberapa tetangga dan saudara berdatangan untuk memberikan dukungan agar tabah. (Baca: Bantu Cari Air Asia, Malaysia Siapkan 3 Kapal )
Wismoyo adalah putra bungsu dari dua bersaudara. Dia lahir di Klaten, 8 Agustus 1990. Setelah tamat SMP 2 di Klaten, melanjutkan sekolah ke SMA 5 Yogyakarta. Setelah itu, dia melanjutkan kuliah di Jurusan Komunikasi Universitas Indonesia, Jakarta.
Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura hilang kontak sejak Ahad pagi, 28 Desember 2014. Pesawat ini membawa 155 penumpang, terdiri atas 138 orang dewasa, 16 anak, dan 1 bayi, serta 2 pilot, 4 awak kabin, dan 1 teknisi. AirAsia berangkat dari Surabaya pukul 06.36 WIB. Perjalanan dari Singapura ke Surabaya seharusnya memakan waktu 2 jam 20 menit.
ANTO
Terpopuler:
Daftar Nama Kru dan Penumpang AirAsia
Posisi 2 Pesawat Ini Dekat dengan AirAsia QZ8501
Beredar Broadcast Semua Penumpang AirAsia Selamat