TEMPO.CO, Sleman - Kedua orang tua Irianto, 52 tahun, pilot AirAsia QZ8501, yakni Suwarto dan Wagimen, harap cemas menunggu kabar putra mereka. Begitu juga dengan keluarga Irianto di RT 05 RW 16 Nanggulan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. “Keluarga besar berharap-harap cemas menunggu kepastian kabar pesawat yang hilang kontak itu.” ujar Ayik Volia Atmaja, keponakan Irianto, Senin, 29 Desember 2014. (Baca: Jusuf Kalla Akan Temui Keluarga Korban Air Asia)
Menurut Ayik, sejak kemarin, sejumlah anggota keluarga berkumpul di rumah Irianto. Mereka bersama-sama memantau setiap informasi baru terkait dengan pencarian pesawat milik maskapai Malaysia itu melalui siaran televisi. Namun, pagi ini, kediaman Irianto kembali sepi. Berdasarkan pantauan Tempo, hanya ada beberapa kursi plastik hijau yang ditumpuk. (Baca: Istri Pramugara Air Asia Hamil 6 Bulan)
Ayik menuturkan saat ini kedua orang tua Irianto masih berada di Bandara Juanda. Mereka berangkat ke Juanda pada Ahad siang lalu sekitar pukul 12.00 WIB. Dua anak Irianto juga sudah diterbangkan dari Yogyakarta ke Surabaya dengan bantuan pihak AirAsia. “Kebetulan dua anak pilot itu, Ninis, 7 tahun, dan Galuh, 12 tahun, sedang berlibur di Yogyakarta,” kata Ayik.
Irianto merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Irianto masuk ke sekolah penerbangan di Yogyakarta.
Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura hilang kontak sejak Ahad pagi, 28 Desember 2014. Pesawat jenis Airbus A320-200 ini membawa 155 penumpang, terdiri atas 138 orang dewasa, 16 anak, dan 1 bayi, serta 2 pilot, 4 awak kabin, dan 1 teknisi. AirAsia berangkat dari Surabaya pukul 06.36 WIB. Perjalanan dari Singapura ke Surabaya seharusnya memakan waktu 2 jam 20 menit.
MUHAMMAD SYAIFULLAH
Baca Berita Terpopuler
Basarnas Belum Tangkap Sinyal ELT AirAsia
Bantu Cari Air Asia, Malaysia Siapkan 3 Kapal
Awan Cumulonimbus Ancam Pencarian Air Asia