TEMPO.CO, Kupang - Hujan dan angin kencang yang melanda wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sepekan terakhir ini menyebabkan nelayan di daerah itu tak melaut. Para nelayan memilih menambatkan perahu mereka karena cuaca buruk.
Pantauan wartawan di Pantai Oesapa, Kota Kupang, misalnya. Sejumlah nelayan lebih memilih menambatkan perahu mereka di tepi pantai karena tinggi gelombang di perairan Teluk Kupang berkisar antara 3-5 meter.
"Untuk sementara, kami tidak melaut karena gelombang tinggi dan angin kencang," kata Mustafa, nelayan di Oesapa kepada Tempo, Sabtu, 3 Januari 2015.
Selain di Pantai Oesapa, menurut dia, perahu-perahu nelayan juga ditambatkan di tempat lebih aman, seperti kolam tambat di Sulamu yang berjarak sekitar lima mil laut dari Oesapa, serta kolam tambat Lasiana. Nelayan membuat kolam tambat untuk menghadapi cuaca buruk.
Mustafa mengatakan dengan tidak melautnya nelayan ini, kerugian diperkirakan mencapai Rp 6 juta per kapal per pekan. Dalam sekali melaut, biaya operasional nelayan mencapai Rp 4 juta, dengan penghasilan mencapai Rp 10 juta. "Kerugian cukup besar, karena tidak ada pendapatan selama sepekan ini," katanya.
Sesuai laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca buruk disebabkan Siklon Jangmi di timur Filipina yang mengakibatkan sirkulasi angin memanjang mulai dari Laut Natuna sampai selatan NTT.
YOHANES SEO
Berita lain:
Bukti Air Asia QZ8501 Lalai Ini Bikin Jonan Kesal
Rute Air Asia Surabaya ke Singapura Dibekukan
Jenazah Korban Air Asia Ini Tak Disambut Kerabat