TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan badan pesawat AirAsia QZ8510 berikut kotak hitam masih menjadi misteri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengirimkan sebuah kapal riset Baruna Jaya IV untuk ikut mencari pesawat yang hilang dalam penerbangan rute Surabaya-Singapura, yang hilang kontak sejak Ahad, 28 Desember 2014. (Baca: Lagi, 10 Jasad Korban Air Asia Dibawa ke Surabaya)
Kapal yang berangkat dari Pelabuhan Bojonegara, Banten, pada Rabu sore, 31 Desember 2014, ini dilengkapi oleh dua instrumen untuk misi pencarian kotak hitam. Pertama, hidrophone untuk mendengarkan bunyi ping dari underwater locator beacon (ULB), bagian dari kotak hitam pesawat yang memancarkan gelombang suara dengan frekuensi 37.5 kHz. (Baca: Pengalaman KSAU Menembus Awan Cumulonimbus)
Instrumen kedua, echosounder multi beam side scan sonar dengan kemampuan sapuan selebar 100 meter untuk kedalaman 50 meter. Frekuensi yang tinggi ini untuk menyapu benda-benda yang berada di dasar laut, juga menyapu benda yang di bawah dasar laut, seperti pipa gas PGN atau Pertamina yang tertutup sedimen lumpur. "Jadi kapal ini mampu membaca koordinat badan pesawat di dasar laut," ujar Menteri Koordinator Maritim, Indroyono Susilo, yang lama berdinas sebagai peneliti di BPPT. (Baca: Bawa Dokumen Cuaca, Direktur Air Asia: Itu Jadul!)
Jika ada logam aneh, kata Muhammad Ilyas, alat di dalam Baruna Jaya IV langsung memberi laporan. Pria yang menjabat sebagai Kepala Seksi Program Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT ini menjelaskan cakupan deteksi alat bergantung pada besaran obyek. "Jika obyek besar, cakupan deteksi semakin jauh," kata dia. (Baca: Identifikasi Korban Air Asia, DVI Kerahkan 30 Dokter)
Setelah obyek utama ditemukan, tim pencari akan menurunkan mesin ROV atau remotely operated underwater vehicle, semacam perekam video. "Alat ini yang akan memastikan obyek secara langsung," kata Ilyas. Satu kapal diawaki 15 orang dengan lima peneliti untuk tiap instrumen pengukuran. Untuk mengoperasikan instrumen pertama, diperlukan dua tenaga ahli dan tiga asisten ahli. Biaya operasional Kapal Baruna Jaya IV mencapai Rp 150 juta per harinya. (Baca juga: Identifikasi Korban Air Asia QZ8501 Sempat Diragukan)
AMRI MAHBUB | SINGGIH SOARES
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Sultan Yogya Dinilai Lembek Menyikapi Intoleransi
Pertamax, Sekarang Rp 8.800 per Liter
Geng Motor Celurit Pemungut Sampah di Taman Mini