TEMPO.CO, Oxford - Sisa-sisa tengkorak ikan berumur 415 juta tahun dari Siberia, menawarkan petunjuk tentang asal-usul semua vertebrata berahang. Mulai dari reptil ke manusia.
Dalam jurnal Nature edisi Senin, 12 Januari 2015, para peneliti mengungkap tengkorak sepanjang dua sentimeter ini pada tahun 1970-an. Fosil ini diklasifikasikan sebagai ikan berahang tulang dan bertulang rawan.
Sementara ini baru diketahui dua jenis vertebrata. Karena temuan ini, jenis vertebrata berahang bertambah satu, yaitu yang memiliki kedua karakteristik tersebut. Dalam kehidupan ikan modern, karakteristik ini mirip dengan salmon dan trout.
Spesimen ikan purba dari Siberia ini menunjukkan, bahwa hiu—yang terbuat dari tulang rawan dan dianggap lebih primitif dari vertebrata berahang tulang—ternyata lebih tua daripada perkiraan sebelumnya.
“Ini fosil yang menarik, terlebih ukurannya sangat kecil,” kata Sam Giles, pemimpin penelitian dari University of Oxford di Inggris, seperti dikutip dari Livescience, Selasa, 13 Januari 2015. “Banyak sesuatu yang bisa digali dari fosil mini ini.”
Tim peneliti pun memberikan nama baru kepada spesies ini, Janusiscus schultzei. Kata “Janus” berarti dewa pintu masuk, atau transisi, yang sering digambarkan dengan dua wajah. “Piscis” merupakan nama latin untuk ikan. Nama terakhir spesies ini diambil dari nama Hans-Peter Schultze, pakar paleontologi dari University of Kansas, yang pertama kali mengidentifikasi fosil ini pada 1977.
Giles dan rekan penelitiannya menggunakan computed tomography scanner (CT scan) khusus untuk memindai tengkorak yang masih tertanam di batu. Mereka mencitrakan fosil tersebut ratusan kali dari sudut yang berbeda. “Untuk pembuatan model tiga dimensi.”
Hasil pemindaian rinci menunjukkan, bahwa ikan memiliki garis kanal sensorik pada tengkorak. Ikan ini menggunakan garis kanal yang terletak di badannya tersebut untuk merasakan perubahan tekanan air di sekitar mereka dan menghindari predator.
Tengkorak ikan ini juga memiliki fitur lain yang terbuat dari tulang rawan. Hasil pindai menunjukkan, pembuluh darah di bagian bawah otak dan rahang ikan purba memasok oksigen dari luar. Pada ikan modern, pembuluh darah hanya dimiliki oleh ikan bertulang rawan.
Meskipun ikan bertulang rawan dan berahang tulang memiliki nenek moyang yang sama, namun keduanya terpecah sekitar 420 juta tahun lalu. Fosil Siberia ini, menurut Gilles, kemungkinan salah satu nenek moyang dari kedua kelompok ikan vertebrata.
Selama ini para ilmuwan percaya, bahwa nenek moyang dari ikan berevolusi lebih condong ke bertulang rawan. Artinya, vertebrata berkembang menjadi hiu lebih dulu dibandingkan ikan berahang tulang.
“Temuan baru ini benar-benar luar biasa,” kata Jong Long, profesor paleontologi di Flinders University di Adelaide, Australia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. (Baca: Peneliti Jumpai 24 Ikan Purba Indonesia)
Long mengatkaan, temuan ini dapat membawa para ahli paleontologi ke diversifikasi ikan modern berahang. Janiusiscus, kata dia, membawa satu langkah besar lebih dekat dalam memahami transisi evolusioner dari ikan berahang primitif awal ke ikan berahang modern.
Ironisnya, meskipun spesies ini merupakan salah satu nenek moyang vertebrata, tapi rahang aslinya telah hilang. “Tampaknya hilang di suatu tempat di Siberia,” uajar Gilles. (Baca: Terungkap, Gaya Hot Makhluk Purba Saat Bercinta)
Mungkin peneliti akan menemukan satu hari, atau setidaknya fosil lain dengan fitur serupa. “Hal tersebut akan lebih menyenangkan untuk mengetahui tentang rahang, gigi, dan pipi si fosil.”
LIVESCIENCE | AMRI MAHBUB
VIDEO TERKAIT:
Antropolog dan ahli paleontologi menemukan "kuburan lemur" yang tersembunyi di dalam serangkaian gua bawah air di wilayah gurun terpencil Madagaskar. Video yang dilansir oleh National Science Foundation pada 8 Januari 2015 itu memperlihatkan bahwa ratusan kerangka berusia seribu tahun itu menjadikan kuburan binatang paling unik di dunia. Sumber: National Science Foundation (NSF/P.Lehman)
Berita Lain:
Senyawa dalam Ganja Bisa Redam Tumor
NASA dan Boeing Bikin 'Taksi' Luar Angkasa
Keindahan Bunaken Terancam Sampah