TEMPO.CO, Jakarta -Di media-media sosial komunitas Jakarta Low End Living, para anggota sering berbagi tip dan cerita mengenai cara sederhana untuk menyiasati biaya hidup. Kurnia Joedawinata, pendiri komunitas itu, adalah salah seorang yang mulai berbagi tip.
Sebagai freelancer, Kurnia pernah kehabisan uang pada pertengahan 2013. Uang di tangannya tinggal Rp 19 ribu, sehingga dia berjuang untuk hidup hemat. “Karena kesal, iseng-iseng saya bagi-bagi tip hidup low end untuk freelancer,” kata dia melalui pesan pendeknya.
Tip yang muncul di media sosial komunitas itu beragam. Ada yang umum dilakukan orang, seperti memanfaatkan barang bekas. Ada juga yang unik, seperti membersihkan toilet dengan odol.
Menurut Aakar Abyasa Fidzuno, konsultan keuangan dari Zeus Consulting, para pemula gaya hidup sederhana dapat menjalani gaya hidup hemat ini, tapi perlu menimbangnya dengan matang. Prinsip pertama yang harus dipenuhi, kata Aakar, adalah mengubah cara pandang terhadap kenyataan.
“Misalnya, saya lebih suka menyarankan Anda berbelanja di minimarket atau pasar daripada di supermarket karena itu sudah jelas faktanya. Supermarket menyediakan lebih banyak barang, sehingga keinginan untuk belanja juga lebih besar,” kata dia saat diwawancarai di kantor Zeus Consulting, gedung GEHA, Jakarta Pusat, Selasa lalu, 6 Januari 2015.
Aakar menyarankan agar orang tahu benar profil kebutuhannya, seperti pendapatan yang diterima, jumlah anggota keluarga, dan pengeluaran setiap bulan. Profil ini menjadi dasar dalam perhitungan nanti.
Langkah pertama yang harus dilakukan seorang yang ingin melakukan prinsip low end living, kata dia, adalah menyisihkan 50 persen pendapatannya untuk menabung. Sisanya baru dibagi untuk membayar cicilan dan kebutuhan lain.
Dalam berbelanja, Aakar menyarankan orang menggunakan uang tunai. Bila menggunakan kartu kredit, ada peluang untuk memberi toleransi terhadap pembelian barang yang tidak diperlukan atau direncanakan sebelumnya. Untuk makanan, dia menyarankan orang memasak sendiri, sehingga bisa mengatur menu dan porsinya.
Untuk pakaian, Aakar tak menyarankan penganut gaya hidup hemat mengikuti mode. “Jadilah diri sendiri karena baju itu sebenarnya untuk mengeluarkan karakter kita. Kalau mengikuti mode, pasti akan mengeluarkan uang lebih banyak,” kata dia.
Aakar memberi tip bahwa orang dapat membeli baju secara lebih murah bila dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yang biasanya berlangsung pada pekan keempat Desember, saat toko-toko memberi potongan harga besar. Trik ini bisa menghemat 10-20 persen dari harga pakaian di bulan lain.
Cheta Nilawaty
Berita lainnya: