TEMPO.CO, Surabaya - Meski Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur pada Ahad, 18 Januari 2015, belum berhasil mengidentifikasi satu pun jenazah korban Air Asia yang sudah tiba di Rumah Sakit Bhayangkara, mereka terus menyebar tim untuk mencari data antemortem yang dapat mendukung proses identifikasi.
"Kami sudah mengirim tim ke Kediri, Jawa Timur," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono di posko crisis center Air Asia di Surabaya. (Baca: Evakuasi Korban Air Asia QZ8501, Basarnas Kirim 110 Kantong.)
Adapun tujuan ke Kediri adalah mencari data gigi palsu atau gigi pasangan yang digunakan oleh satu jenazah yang sampai saat ini belum berhasil teridentifikasi. "Jadi di antara enam yang belum teridentifikasi itu ada satu jenazah yang rahangnya berasal dari gigi pasangan. Itu yang kami kejar ke dokternya," katanya.
Tim DVI, kata dia, berusaha menemui dokter gigi yang memasang gigi palsu kepada jenazah tersebut. Jika nanti dokter yang merawat gigi jenazah itu membenarkan, apalagi masih terdapat rontgen giginya, jenazah itu bisa segera diketahui identitasnya. "Kalau data itu ada, kami tidak perlu menunggu data DNA lagi," katanya. (Baca: Rumor Ikan Tercemar Korban Air Asia Dikeluhkan.)
Bersamaan dengan itu, tim DVI sedang mengambil data DNA yang bersangkutan dan sudah dikirimkan ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia untuk diuji. "Sehingga sama-sama jalan untuk mempercepat proses identifikasi," katanya.
Menurut Awi, pada hari ke-22 ini, tim DVI belum bisa merilis enam identitas jenazah yang sudah tiba di Rumah Sakit Bhayangkara sejak beberapa waktu lalu. Alasannya, jasad keenam jenazah itu sudah rusak dan sulit dikenali. "Kami terus dalami proses rekonsiliasinya," ujarnya.
Hingga hari ke-22 ini, sudah 51 jenazah korban Air Asia yang tiba di Rumah Sakit Bhayangkara. Sedangkan 45 jenazah di antaranya sudah berhasil teridentifikasi dan diserahkan kepada keluarga. Sedangkan data enam jenazah lainnya masih terus dicocokkan.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Baca berita lainnya:
Pakaian Putih, Terpidana Bertanda Tembak di Dada
Jika Budi Gunawan Batal Dilantik, Jokowi Pilih 8 Calon Ini
Romo Benny: Ada Hukuman Lebih Menyakitkan dari Mati
'Jokowi Jadi Presiden karena Mega, Itu Tak Gratis'