TEMPO.CO, Pennsylvania – Keretakan pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kematian, bahkan jika korban awalnya selamat dari cedera. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Proceeding Journal National Academy of Sciences mengungkap fakta tersebut dari sebuah fosil tengkorak. Fosil ini diambil dari kompleks pemakaman di Denmark yang diduga berasal dari abad ke-12.
“Kami menemukan banyak gejala cedera traumatis dari fosil tengkorak di pemakaman ini,” kata George Milner, pakar antropologi di Pennsylvania State University, seperti dikutip dari Livescience, Rabu, 28 Januari 2015. (Baca: Rekonstruksi Mumi Pemilik Rambut Rumit)
George, yang mengutip catatan sejarah, mengatakan pengobatan pada abad 12-17 masih sangat sederhana. “Kebanyakan hanya berbaring dan menunggu keajaiban,” ujarnya.
Dalam ranah studi analisis risiko kematian dini, penelitian ini diklaim sebagai penelitian pertama yang menggunakan fosil tengkorak sebagai obyek studi. Tim yang dipimpinnya berkutat seputar cedera patah tulang, termasuk tengkorak.
Sering kali, kata George, studi epidemiologi—ilmu tentang penyakit traumatis—terbatas dari sampel hidup. Artinya, tidak menggunakan bukti-bukti sejarah dari masa lalu.
Penelitian ini menguak gejala cedera otak dari 236 tengkorak di kompleks pemakaman tersebut. “Ini yang membuat manusia saat itu cepat sekarat,” ujar George. Studi ini menunjukkan bahwa manusia zaman itu 6,2 kali lebih banyak meninggal karena cedera patah tulang tengkorak.
Dia mengatakan studinya bertujuan untuk memperoleh angka statistik dan perbandingan tentang kondisi patologis zaman dulu dan sekarang. Dari penggalian ini, tim menemukan setidaknya satu bekas pukulan atau cedera di tengkorak.
George menduga cedera tersebut didapat dari pertempuran di antara dua orang, perang, atau kecelakaan saat bekerja. Laki-laki pada zaman itu tak akan bisa dilepaskan dari perkelahian.
“Di Denmark, perang dan perkelahian memang gencar terjadi pada abad ke-12,” kata Jane Buikstra, pakar bioarkeologi di Arizona State University. (Baca: Ilmuwan Amerika Serikat Temukan Ribuan Mumi Mesir)
Buikstra, yang tak terlibat dalam penelitian, mengatakan perkelahian dan perang juga dapat menyebabkan cacat biologis. Kondisi tersebut, menurut dia, juga membuat pria berumur pendek.
“Ada banyak penelitian yang menggambarkan kekerasan pada masa lalu,” kata Buikstra. Namun, dia mengatakan, belum banyak yang meneliti soal kondisi cedera pada masa itu.
LIVESCIENCE | AMRI MAHBUB
Berita lainnya:
Mumi di Museum Mesir Dirusak Massa
Koleksi 29 Mumi, Sejarawan Rusia Ditangkap
Peneliti Temukan Dinosaurus Berjambul
Mumi di Museum Mesir Dirusak Massa
Pesta 'Hantu' pun Bisa Terlihat Keren