TEMPO.CO, Makasar -Setelah pekan lalu ditemukan jasad korban jatuhnya pesawat Air Asia PK-AXC QZ8501 di perairan Majene, Selat Makassar, Badan SAR Nasional terus memperluas area pencarian untuk mengecek kemungkinan adanya korban dan puing pesawat nahas di perairan tersebut. "Kita terus berpindah dan mengubah area pencarian," kata Kepala Bsarnas Makassar Roki Asikin, Selasa, 3 Februari 2015. (Baca: Serpihan Jendela AirAsia Ditemukan di Pallameang)
Tim pencari gabungan dari Basarnas akan menyisir perairan di tiga provinsi di Sulawesi. Yakni perairan Mamuju sampai Mamuju Tengah, Sulawesi Barat; Parepare sampai Selayar, Sulawesi Selatan; serta perairan Pulau Buton dan Pulau Kabaena di Sulawesi Tenggara. (Baca: Korban AirAsia QZ8501 Diduga Dibawa Armando)
Pencarian di perairan Sulawesi Barat dilakukan Basarnas Balikpapan. Sedangkan pencarian di perairan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara masing-masing dipimpin Basarnas Makassar dan Basarnas Kendari. Pencarian dilakukan dengan menggunakan satu rescue boat. "Kami juga dapat bantuan personel dari Basarnas Palu dan Basarnas Denpasar," ucap Roki. (Baca: Basarnas Kendari Bantu Cari Air Asia di Selayar)
Dalam pencarian, Roki mengatakan, tim belum menemukan kendala berarti. Hanya, bila cuaca tengah buruk, pihaknya terpaksa menunda penyisiran. "Kalau hujan lebat ombak bisa sampai dua meter, jadi kami tidak bergerak. Itu terjadi saat akhir pekan lalu, sehingga pencarian cuma setengah hari," tuturnya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Endi Sutendi mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Basarnas ihwal proses pencarian ataupun evakuasi korban Air Asia QZ8501. Hingga kini sudah ada tujuh potongan jasad yang ditemukan dan dikirim ke Surabaya, Jawa Timur.
Selain menemukan potongan tubuh, tim pencari juga mendapatkan sejumlah barang milik penumpang dan puing pesawat. Di antaranya potongan jasad tersebut terdapat identitas yang masih menempel. Guna memastikan identitas ketujuh jasad itu, tim pencari menyerahkan seluruhnya ke tim disaster victim identification di Surabaya.
TRI YARI KURNIAWAN