TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia mengindikasikan bahwa keadaan ekonomi Indonesia dalam waktu empat bulan terakhir ini membaik. Kebijakan ini, kata dia, diharapkan mampu menurunkan tarif suku bunga perbankan. "Itu akan menstimulasi investasi," kata Sofyan, Selasa, 17 Februari 2015.
Sofyan mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini sebebsar 7,5 persen masih terbilang tinggi dibanding di negara lain sebesar 1-3 persen. Namun seiring dengan membaiknya struktur ekonomi, seperti reformasi birokrasi dab penghapusan subsidi bahan bakar minyak, kondisi ekonomi Indonesia diharapkan lebih baik. "Empat bulan ini apa yang kita capai direspons bagus pelaku pasar," katanya.
Baca Juga:
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengingatkan, penurunan BI Rate sebesar 25 basis point ini harus diimbangi dengan kemampuan Bank Indonesia menjaga stabilitas makro ke depan.
Bambang mennyebut penurunan BI Rate ini sebagai buah meredanya inflasi domestik sesudah kenaikan harga bahan bakar minyak November tahun lalu. Kebijakan itu dianggap tepat untuk menurunkan tekanan ekonomi dalam negeri.
Bambang mencontohkan kebijakan bank sentral India yang mulai menurunkan suku bunga acuannya akibat menurunnya tekanan inflasi. "Langkah BI ini tepat dengan melihat kondisi dunia," katanya.
Menurut Bambang, penurunan suku bunga acuan itu diprediksi membantu meningkatkan pertumbuhan kredit dalam negeri, sehingga target investasi pemerintah ditopang juga oleh peningkatan investasi swasta. "Investasi akan menjadi yang paling penting di 2015 ini," ujarnya.
JAYADI SUPRIADIN