TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan tentara yang diterjunkan ke utara Nigeria untuk bergabung memerangi Boko Haram dikabarkan telah merebut dua kota dari ekstrimis Islam Boko Haram setelah terjadi pertempuran sengit, kata sumber-sumber militer seperti yang dikutip dari The Guardian, Senin, 9 Maret 2015.
Pasukan dari tetangga Nigeria, Chad dan Niger, telah menewaskan sekitar 300 militan Boko Haram sejak mereka mulai menyerang Malam Fatouri dan Damasak pada Senin lalu. "Sekarang kedua kota tersebut telah dikuasai oleh pasukan gabungan tersebut," kata sumber militer dari Niger. Sekitar 10 tentara Chad dan Nigeria tewas dan 30 lainnya luka-luka.
Serangan dari darat dan udara oleh pasukan gabungan tersebut telah membawa harapan untuk menumpas kelompok ekstrimis yang pekan lalu berjanji setia kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan memungkinkan pemilihan umum Nigeria yang akan dilaksanakan pada 28 Maret dapat berjalan sesuai rencana.
Boko Haram menguasai Damasak, 10 kilometer ke arah selatan dari perbatasan Nigeria, sejak November. "Kami telah menyingkirkan musuh dari daerah-daerah tersebut dan mereka sekarang di bawah kendali kita," kata sumber militer Nigeria. "Kami memiliki izin dari Nigeria untuk tindakan ini." tambahnya
Saksi di Kota Bosso di Nigeria melaporkan konvoi sekitar 200 kendaraan militer menyeberang ke Nigeria sejak Sabtu. Adam Boukarna, warga setempat mengatakan penyebaran diikuti oleh ledakan keras, menunjukkan ada pertempuran yang dahsyat.
Edgard Alain Mebe Ngo'o, Menteri Pertahanan Kamerun, mengatakan pasukan dari Nigeria dan Chad akan melawan Boko Haram sementara tentara dari Kamerun dan Nigeria akan menjaga perbatasan mereka untuk mencegah militan melarikan diri. Boko Haram telah menggunakan Kamerun sebagai rute pelarian dan pasokan.
Langkah ini menyusul upaya untuk mengatasi perbedaan politik dan menggabungkan kekuatan regional melawan pemberontakan. Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Eropa mendukung penciptaan pasukan multinasional dari 8.750 tentara yang dipimpin oleh Nigeria dan Chad dengan kontingen dari Kamerun, Niger, dan Benin. Beberapa negara lain juga telah berjanji untuk membantu.
"Kerja sama ini merupakan sesuatu yang lama tertunda dan menjadi tanda awal pergantian peristiwa," kata Dr John-Mark Iyi, seorang analis politik Nigeria dari University of Johannesburg di Afrika Selatan. Kurangnya kerja sama selama ini telah memberikan kontribusi terhadap tidak efektifnya taktik anti-pemberontakan yang diadopsi Nigeria."
Ia melanjutkan Nigeria selama ini memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan negara-negara tetangganya tersebut dan lebih memilih untuk berkolaborasi dengan Ghana,dan negara-negara anglophone.
Tapi tetangga Nigeria dipaksa untuk bertindak setelah Boko Haram menyeberang ke wilayah mereka, melakukan serangan dan penculikan, Iyi menambahkan. "Ini menjadi sangat jelas dalam situasi bahwa dalam kepentingan mereka untuk bekerja sama melawan musuh bersama demi stabilitas di kawasan itu. Uni Afrika terlambat dalam merespon tapi menyadari itu bukan hanya masalah Nigeria tapi masalah regional. "
THE GUARDIAN |YON DEMA