TEMPO.CO, Jakarta - Masifnya aksi beli investor pada Jumat pekan lalu disinyalir menjadi faktor utama yang mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalik menguat. Sebab, di tengah aksi jual investor asing yang masih terus berlanjut, IHSG sebenarnya masih rentan berada di zona negatif.
Analis dari Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan aksi pelaku pasar yang mengambil posisi buy on weakness menyelamatkan indeks dari keberlanjutan koreksi. Investor yang kembali memburu dan mengoleksi saham-saham yang sudah berharga murah mendorong IHSG bergerak naik ke zona hijau.
“IHSG menguat hanya karena aksi beli investor lokal meningkat,” ujarnya saat dihubungi, Ahad, 29 Maret 2015.
Lanjar menambahkan, aksi beli investor juga terpengaruh perkiraan laju inflasi Maret yang masih rendah, yakni sebesar 0,27–0,3 persen. Laju kenaikan harga barang yang dianggap cukup baik tersebut menjaga kemungkinan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) belum akan berubah dalam waktu dekat.
Secara teknikal, dengan pola bullish engulfing, indeks memang diyakini sudah memasuki area jenuh jual. Investor kian direkomendasikan untuk memperhatikan saham-saham yang sedang mengalami kenaikan teknikal, terutama di sektor perkebunan dan semen.
Namun, sayangnya, dengan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada akhir pekan lalu, indeks diprediksi bakal bergerak mixed dalam kisaran level 5.365–5.435 di hari ini. Beban operasional emiten yang diyakini bakal bertambah membangun kekhawatiran kinerja keuangan korporasi bakal menurun.
Investor disarankan menghindari saham-saham sektor manufaktur dan perdagangan, seperti Astra International (ASII), Unilever (UNVR), Matahari (MPPA), dan United Tractor (UNTR). “Eskalasi militer yang tengah meningkat di Yaman juga menambah sentimen negatif laju bursa regional,” ucap Lanjar. Pada perdagangan pagi ini, IHSG bergerak menguat 0,4 persen menjadi 5.418.
MEGEL JEKSON