TEMPO.CO, Bandung -Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengingatkan ancaman teroris di Indonesia masih tinggi. “Seluruh Indonesia itu garis keras, simpatisan ISIS ada, mantan ISIS yang pulang dari Syria ada, lalu teroris yang dipenjara tapi sudah dikeluarkan, ini kalau berkolaboriasu bisa berbahaya,” kata dia selepas mengisi pertemuan dengan ulama dan ormas Islam di Jawa Barat, di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Jumat, 24 Juni 2016.
Sutiyoso mengatakan, upaya mencegahnya misalnya dengan mengurangi ruang gerak teroris di Indonesia. “Oleh karena itu saya minta tadi, seluruh masyarakat Jawa barat ini ikut berpartisipasi membantu intelijen dengan cara melaporkan kalau melihat sesuatu yang ganjil, aneh tidak lazim itu saja, ruang gerak mereka sulit kalau semua sudah melakukan itu,” kata dia.
Di pertemuan itu, Sutiyoso meminta bantuan ulama dan pemuka agama untuk membantu meluruskan pemahaman yang keliru misalnya soal jihad. “Pengertian jihad melalui teror itu adalah aliran yang keliru, yang salah, harus diluruskan. Yang bisa meluruskannya bukan aparat, pemda, aparat TNI atau BIN, gak bisa, yang harus melakukan itu adalah para ulama,” kata dia.
Menurut Sutiyoso, hanya ulama yang bisa di dengarkan untuk meluruskan pemahaman yang keliru tersebut. “Mereka akan mendengar kalau ulama yang bicara, itulah saya minta tolong pada para ulama agar bisa meluruskan aliran-aliran yang sesat seperti itu,” kata dia.
Kendati demikian, di optimistis, situasi menjelang perayaan Hari Raya Lebaran ini relatif aman dari ancaman teroris. “Insya Allah aman-aman saja,” kata Sutiyoso.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, sengaja meminta kepala BIN memberi penjelasan soal potensi ancaman teroris pada pertemuan dengan ulama yang sengaja digelarnya bersamaan dengan buka puasa bersama di rumah dinasnya. “Bang Yos (Sutiyoso) kami undang untuk memberikan pemahaman dari BIN yang sehari-hari pekerjaannya sebagai intelijen meneliti, menelaah gerak-gerik masyarakat Indonesia mengenai bagian amat sangat kecil masyarakat yang masih mengembang paham kekerasan,” kata dia, Jumat, 24 Juni 2016.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan mengatakan, dari segi jumlah warga yang diduga simpatisan teroris relatif sedikit. “Pada jumlah, jangan dikhawatirkan, kecil banget jumlahnya. Cuma urusannya ketika ada apa-apa gede akibatnya, rame akibatnya,” kata dia.
Menurut Aher, BIN membeberkan potensi kekerasan yang ada yang mesti diwaspadai. “Waspada dalam arti melakukan deteksi dini supaya tidak terjadi kekerasan apapun, ketika ada indikasi, segera deteksi dini, ditindak secara dini, diselesaikan,” kata dia.
Aher meminta, pemuka agama juga memberikan pemahaman agama yang benar dan sejuk karna semua agama tidak mengajarkan kekerasan. “Insya Allah yang paling bisa didengar suaranya, nasehatnya, pemahamannya itu para ulama. Mohon para ulama memberikan pemahan yang benar, yang moderat yang rahmatan lil alamin tentang agama, tentang Islam,” kata dia.
AHMAD FIKRI