TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan seluruh komoditas pangan tak mengalami gejolak harga menghadapi Natal dan tahun baru. Enggartiasto mengaku sudah mengecek ke pasar-pasar besar dan pihaknya juga sudah menyebar orang di setiap provinsi.
"Kami sudah cek dari pasar-pasar besar, bukan hanya di Jakarta. Kami melihat stok dan kondisi harga," kata Enggartiasto saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa, 20 Desember 2016.
Baca: Ketahanan Pangan Indonesia Terus Membaik
Enggartiasto menambahkan, bila ada pergerakan harga, pihaknya segera memanggil distributor komoditas tersebut. Harapannya agar tidak ada spekulan harga. "Jangan sampai jadi spekulasi. Bila terjadi spekulasi maka ada konsekuensi bagi produsen dan distributor."
Ihwal kenaikan harga cabai, Enggartiasto menyebut hal itu lebih kepada masalah iklim. Menurut dia, jika musim hujan maka suplai sedikit terganggu, karena petani enggan memetik cabai. "Kalau metik, konsekuensinya cepat busuk."
Enggartiasto menuturkan cabai asal Gorontalo masuk ke Manado dengan harga murah. Misalnya, cabai merah keriting berada di bawah Rp 35 ribu dan cabai rawit berada di kisaran Rp 28 ribu. "Tidak makan cabai tidak apa-apa, perut agak lebih baik."
Baca: Akhir Tahun, Kementerian Perdagangan Prediksi Harga Daging dan Telur Naik
Soal beras, Enggartiasto menjelaskan stok beras siap, bahkan stok beras di Bulog masih cukup sampai Mei depan. Bagi dia, ketersediaan stok beras ini, bukti pemerintah berhasil, karena tak ada impor beras. Bahkan dia mengaku sudah mengecek ke semua provinsi, dipastikan stok beras ada.
Untuk daging ayam diakui ada kenaikan tapi, menurut dia, masih dalam batas wajar. Lalu soal daging pun dia menjamin masih ada stok yang cukup untuk Natal dan tahun baru. "Tidak ada gejolak berarti," ujar Enggartiasto.
Begitu pun soal stok gula, bagi Enggartiasto kalau ada gejolak harga gula, dia memastikan itu ulah spekulan. Dia pun mengaku sudah memanggil para pelaku usaha di sektor gula, termasuk para distributor. "Agar jangan main-main dengan itu (harga)."
DIKO OKTARA