Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lucky Bagus Septyo, 18 tahun, pemuda dari keluarga pas pasan. Ayahnya montir dengan penghasilan tidak tetap, sedangkan ibunya mengurus rumah. Namun semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi selepas Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Jakarta setahun lalu tidak pernah surut. ”Kalau mau kuliah, kamu harus mencari biaya sendiri,” ujar Lucky meniru ucapan ibunya. Ia pun bertekad mencari beasiswa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo