Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Generasi Milenial dinilai sangat rentan terserang depresi. Di antara milenial yang depresi, 70 persen di antaranya juga mengalami presenteism, terdorong untuk tetap bekerja meski dalam kondisi sakit. Tuntutan pekerjaan yang tinggi tidak dipungkiri menjadi pemicu depresi yang umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Untuk menghindarinya, David Michigan, motivator dan pelatih masalah gangguan kesehatan mental asal Paris, Prancis, menyarankan empat tips berikut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Artikel lain:
Aneka Gangguan Mental Menyerang Generasi Milenial, Apa Sebabnya?
Generasi Milenial Senang Berganti Pekerjaan, Ini yang Dicari
Memahami Kriteria Pekerjaan Favorit Generasi Milenial
Milenial, Gajinya Paling Rendah Dibanding Generasi Sebelumnya?
1. Meditasi
Orang yang bermeditasi, bahkan dalam periode singkat, kualitas tidurnya lebih baik, juga mengalami penurunan produksi kortisol, hormon yang dilepas tubuh dalam kondisi cemas dan stres. Meditasi sebaliknya memproduksi perubahan hormon di dalam otak yang berkaitan dengan penurunan kecemasan, konsentrasi yang lebih baik, dan kesehatan psikis secara umum.
“Banyak (pimpinan perusahaan) yang mendorong pekerjanya untuk diet sehat, berolahraga, melakukan pemeriksaan medis berkala dan mengatasi masalah kesehatan secara proaktif. Namun, untuk menjaga kemampuan kerja para milenial dan mendapatkan performa terbaik generasi ini, hal paling masuk akal yang harus dilakukan adalah mendorong mereka menjaga kesehatan pikiran,” urai Michigan.
2. Rencanakan kegiatan santai
Michigan menyarankan agar Anda mengagendakan kegiatan “menenangkan diri” setiap hari. Sesederhana berjalan-jalan di sekitar kantor siang hari usai rapat yang melelahkan untuk meredakan ketegangan otak, mampir di kedai kopi usai jam kerja, atau hanya duduk di dalam mobil, tidak memikirkan apa pun dalam perjalanan pulang ke rumah.
“Strategi ini akan membuat milenial bisa merasa (pikiran mereka) lebih terkontrol. Bahkan lebih baik lagi, mereka dapat memastikan telah melalui level produktivitas maksimal dalam satu hari,” kata Michigan.
Ilustrasi wanita depresi. shutterstock.com
3. Temukan sistem pendukung
Gangguan kesehatan mental masih sering disalahartikan dan dianggap sebagai aib. Ini sebabnya kebanyakan orang memilih menyembunyikannya. Akibatnya, mereka yang mengalami masalah gangguan mental tidak punya sistem pendukung atau koneksi sosial yang dibutuhkan. Padahal, menurut Asosiasi Psikolog Amerika, dukungan sosial sangat penting untuk membantu orang menghadapi stres dan isu kesehatan mental lain.
“Ini sebabnya penting bagi seseorang untuk memiliki lingkaran pertemanan yang saling mendukung, memahami, dan siap membantu. Anda bisa bergabung dengan komunitas dengan latar masalah yang sama jika dirasa tidak ada teman di lingkungan yang benar-benar memahami situasi Anda,” saran Michigan.
4. Cari pekerjaan fleksibel
Tuntutan harus hadir di kantor setiap hari juga berpotensi memicu stres. Lelah di perjalanan, belum lagi macet tak terkira, membuat kebanyakan pekerja milenial mengharapkan kebebasan waktu dan tempat bekerja. Ini sebabnya Michigan merekomendasikan agar Anda mencari pekerjaan yang mempunyai kebijakan absensi yang fleksibel.
“Alih-alih fokus ke kebutuhan pekerja untuk hadir secara fisik, fokus seharusnya mengarah ke kesejahteraan pekerja,” ungkap Michigan. Kebebasan dan kenyamanan bekerja membuat pekerja lebih sehat secara mental dan tentunya produktif.