SEKITAR pukul tujuh pagi, beberapa staf Dewan Keamanan Nasional (National Security Council, NSC) mulai berdatangan lewat lantai bawah, tempat pengecekan keamanan. Di gedung Old Executive Office itulah, sejak NSC didirikan oleh Presiden Harry S. Truman, 1947, mereka berkantor -- sebuah gedung di samping Gedung Putih. Setelah dicek, mereka menuju lantai tiga dengan lift. Sebuah ruangan dengan banyak hiasan, berlangit-langit tinggi. Sejak terungkapkannya skandal penjualan senjata ke Iran -- yang kemudian sebagian keuntungannya didanakan buat Contra, gerilyawan Nikaragua -- gedung itu menjadi pusat perhatian. Di situlah orang-orang yang oleh orang dalam sendiri dijuluki "para koboi" berkantor. Kini, pemimpin para koboi itu adalah Frank Carlucci. Ia menggantikan Laksamana John Poindexter yang mengundurkan diri akhir November lalu. Pasalnya, salah seorang stafnya, Letkol Oliver L. North ketahuan mengurus dana buat gerilyawan Nikaragua dari keuntungan penjualan senjata ke Iran. Oliver North memang bukan orang nomor satu di gedung itu. Tetapi mungkin dialah yang paling besar. Bekas anggota marinir yang kini 43 tahun itu pernah memperoleh Bintang Perak dan dua Purple Heart, antara lain dari Perang Vietnam. Jabatan resmi North sebenarnya cuma wakil direktur bagian politik militer. Tetapi orang-orang menyebut dia "anak emas" Presiden Reagan. Sedangkan Reagan sendiri selalu menyebut orang ini "pahlawan". Oliver North-lah, pahlawan itu, yang pertama-tama kena pecat, begitu skandal penjualan senjata terungkapkan. Dialah, ternyata, pemimpin sekelompok "para koboi" yang merencanakan dan melaksanakan tugas tersebut. Tentu saja, ia tak sendirian. Penulis kisah-kisah detektif dan kriminal terkenal, Peter Mass (yang antara lain menghasilkan Serpico dan The Valachi Papers) adalah salah seorang yang kemudian tahu siapa-siapa orang-orang North. Richard V. Secord, Thomas G. Clines, Theodore G. Shackley, dan Albert Hakim, tulis Maas dalam The New York Times, pertengahan Januari 1987. Maas menulis bahwa tim North dapat menggelinding karena peran bekas seorang agen CIA, Edwin Wilson. Tersebut belakangan ini terbukti sebagai pemasok gelap senjata dan bahan peledak ke Libya. Sekarang sedang menjalani hukuman 52 tahun kurungan. Siapa Oliver North ? Orang akan menjawab: dialah seorang yang tak dapat diabaikan oleh siapa pun. Maksudnya, "Apakah Anda akan mengaguminya atau membencinya, kedua-duanya dalam kadar sangat besar," kata seorang istri diplomat asing di Washington. North bergabung dengan NSC pada 1981. Ia mendapat sejumlah tugas yang sangat sensitif. Ketika 240-an marinir AS tewas karena pengeboman di Beirut, North-lah yang memimpin pemburuan pelakunya. Ketika teroris menyandera kapal penjelajah Achille Lauro, dua tahun lalu, orang inilah yang merencanakan satu pembajakan udara pesawat Mesir - yang salah satu penumpangnya adalah Abul Abbas, seorang tokoh pembajak. North juga ambil bagian dalam perencanaan penyerbuan Grenada, dan penyerbuan sejumlah pesawat tempur AS terhadap Libya pada April 1986. Maka, bukan aneh bila, di suatu hari di minggu-minggu pertama November tahun lalu, beberapa hari sebelum dia dipecat, North tampak di Siprus menemui David Jacobsen, seorang sandera yang dilepaskan. "Oliver North memang tipe pahlawan modern Amerika," kata seorang temannya. "Kapan saja, di mana saja Amerika mengalami kesulitan, cepat atau lambat, dia pasti muncul." Singkat kata, North bukan orang sembarangan. Pada 1985 ia mulai dicurigai punya peranan dalam pengiriman senjata kepada gerilyawan Contra yang melawan pemerintahan Marxis Sandinta. Senat, waktu itu, tak menemukan bukti-bukti bahwa North telah melanggar undang-undang. Ketika seorang Gunrunner Eugene Hasenfus tertangkap di Nikaragua, karena pesawatnya yang membawa senjata untuk para gerilyawan tertembak jatuh ditemukan kartu nama seorang pengusaha yang dikenal mempunyai hubungan dekat dengan North. Kolonel ini dikenal gila kerja. Ia berada di kantor paling sedikit 16 jam sehari. Ia sangat benci pada dokumen-dokumen tertulis. "Tiap kali seorang teroris melepaskan peluru, yang kita lakukan adalah mencabut selembar kertas dari file," teriaknya suatu saat kepada seorang teman. Ia memang tak berhubungan dengan kertas. Di kantornya terdapat dua komputer yang dihubungkan dengan jaringan intel yang luas. Dan beberapa telepon khusus. Dan demi keselamatan dirinya, tentu, ia enggan sekali difoto. Pertanyaan kemudian, bagaimana si "pahlawan modern" itu memutuskan mengambil empat pembantunya dalam penjualan senjata ini. Membingungkan, bila secara sambil lalu pun North mestinya tahu bahwa keempat mereka pernah dikabarkan melanggar jabatan, tetapi diangkatnya juga. Atau justru itu kartu North untuk memaksa mereka ikut terlibat? Richard V. Secord, pensiunan mayor jenderal angkatan udara. Dialah, bersama Albert Hakim, yang diduga mengurusi pengiriman senjata ke Nikaragua. Caranya, sebagian keuntungan penjualan senjata ke Iran dimasukkan ke bank di Jenewa, Swiss. Mereka berdualah yang kemudian menyulap uang itu menjadi senjata. Tak banyak diketahui tentang jenderal satu ini. Namanya baru sedikit disinggung pada 3 Februari 1983, ketika Edwin Wilson mengapalkan sekitar 22 ton bahan peledak ke Libya -- jumlah terbesar dalam pengiriman senjata gelap hingga waktu itu -- dan tertangkap. Secord selalu bersikap tegak. Ia lebih suka disebut sebagai perwira angkatan udara yang bertugas di Pentagon - yang bertugas sebagai asisten Menteri Pertahanan untuk urusan Asia Timur Dekat dan Selatan. Ia pernah ambil bagian sebagai penerbang, ketika satu skuadron pesawat menggempur gerilya komunis di Laos atas perintah CIA. Misi ini gagal. Jenderal Secord mengaku kenal pertama kali dengan Edwin Wilson sekitar 1971. Ia diperkenalkan kepada agen CIA itu oleh Tom Clines. Thomas G. Clines kini pensiunan perwira tinggi CIA. Perokok, wajahnya kemerahan, tingginya sekitar 185 cm. Ia bergabung dengan dinas rahasia CIA pada Mei 1949, dalam usia 19 tahun. Mula-mula bekerja sebagai pengirim pesan. Lalu CIA membiayainya belajar di George Washington University di jurusan politik luar negeri, sampai mendapatkan titel master. Setelah peristiwa percobaan pembunuhan Fidel Castro yang gagal, yang dikenal dengan nama Peristiwa Teluk Babi, 1961, tiba-tiba Cline telah berada di Miami. Konon, di pos barunya, ia menjalankan sabotase terhadap Kuba. Setelah masa itulah ia menjadi salah seorang staf yang membawahkan Wilson. Salah satu tugasnya: menilai penampilan agen baru itu. Dari Clines-lah, Wilson cepat memperoleh promosi kenaikan pangkat. Itu terjadi karena, sebagai orang yang dipasang di Washington, di kota, ia selalu kekurangan uang. Wilson-lah, kemudian, yang memberikan pinjaman, sampai berjumlah US$ 60.000. Dalam sidang pengadilan yang mengajukan Wilson sebagai terdakwa, Jenderal Secord juga ditanya tentang Shackley. Dia, kata Secord, waktu itu sebagai pejabat senior CM. Theodore Shackley, 59, bertubuh tinggi, berkulit terang. Ia mengamati dunia lewat kaca matanya yang bergagang tanduk. Banyak orang menyebut Shackley orang yang dingin dan selalu mengambil jarak. Tetapi pengagumnya bilang, sifatnya itu mencerminkan kecerdasan pikirannya. Orang ini memang dikenal sulit dipahami. Di Markas Besar CIA di Langley, Virginia, orang-orang menjulukinya si Hantu Pirang. Dialah yang disebut-sebut bertemu dengan Manucher Ghorbanifar, orang setengah tua dari Iran, di sebuah kota di Jerman Barat, pada 1984. Waktu itulah disebut-sebut tawar-menawar kemungkinan diadakan pertukaran antara Iran dan AS. Yakni menyangkut beberapa orang Amerika yang disandera di Libanon. Disebut-sebut tebusan sejumlah uang. Tetapi kemudian media massa mencium pertemuan itu sebagai "penebusan sandera dengan senjata". Shackley menjadi atasan Clines, sewaktu mereka berdua bertugas di Miami. Persahabatan mereka berlanjut, bahkan ketika Shackley dipindahkan ke Laos. Pada akhir 1960-an, Clines menyusul ke Laos. Menurut sejumlah sumber, waktu di Laos itulah mereka berkenalan dengan Secord, yang waktu itu sebagai veteran penerbang. Ketiga mereka itu kembali ke Washington dari Asia Tenggara, pada awal 1970-an. Di utara Virginia, di daerah perburuan, tempat Wilson membangun rumah mewah nan besar, mereka sering tampak berkumpul. Seorang kenalan mereka bercerita kepada Peter Maas, "Apa pun Wilson di mata mereka, mereka semua tahu benar bagaimana mencetak fulus." Sementara itu, Oliver North, veteran Perang Vietnam, ditempatkan di Quantico, Virginia. Dari kota itu ia menulis surat kepada William F. Buckley Jr. membela militer AS dari serangan pers tentang pembantaian di My Lai yang menggemparkan itu. Diberitakan bahwa tentara AS telah menembaki penduduk sipil, sebagian besar wanita, dan anak-anak di Desa My Lai, Vietnam. North menyanggupi undangan Buckley untuk muncul di televisi. * * * Pada 1976, Shackley menjadi orang nomor dua di direktorat spionase CIA. Clines menjadi bos di direktorat latihan, sambil coba-coba terjun dalam bisnis perumahan. Secord, yang baru saja diangkat menjadi brigadir jenderal, dikirim ke Iran sebagai penasihat angkatan udara Syah Iran. Adalah Albert Hakim, pengusaha kelahiran Iran yang menjadi warga negara AS. Pada tahun-tahun itulah ia sering kali -- keluar-masuk Teheran. Hakim mempunyai kompanyon di dalam California's "Silicon Valley", yang menyuplai alat-alat elektronik canggih kepada polisi rahasia Syah dan angkatan udara Iran. Wilson pun sering kali muncul di Teheran, bersaing mendapatkan kontrak dengan Hakim. Mereka bertiga -- Secord, Hakim, dan Wilson -- sering tampak berkumpul. Wilson-lah yang terlebih dulu tersandung batu. Ia mengalihkan perhatiannya ke Libya. Dan, seperti sudah di singgung, akhirnya ia diadili, kena 52 tahun. Konon, ia, sebagai bekas orang CIA, tak pernah merasa bersalah. Kesalahannya hanyalah ia berhubungan orang dan negara yang keliru. Dan menurut lelucon yang beredar, kesalahan Wilson cuma satu: ia tak minta kepada Qadhafi untuk menyandera sejumlah orang Amerika. Kembali ke 1970-an, ketika Jimmy Carter mengangkat direktur baru untuk CIA, Laksamana Stansfield Turner. Tampaknya, orang baru ini tajam pengamatannya. Ia langsung mencurigai komplotan Wilson-Shackley-Clines. Tetapi karena tak ada bukti-bukti mereka bertindak jahat, yang bisa dilakukannya hanyalah memisahkan mereka. Pada 1978, merasa mati langkah karena ulah Turner, Clines mendekati diktator Nikaragua, Anastasio Somoza. Ia menawarkan jasa membantu Somoza menghancurkan para pemberontak Sandinista. Konon, telah disetujui kedua pihak, harga bantuan itu US$ 650.000. Tetapi dasar nasib, sebelum rencana itu terwujud, Somoza jatuh, dan diusir dari negerinya. Pada 1979, Clines berhenti dari CIA. Ia pergi ke Jenewa untuk bertemu dengan Wilson, yang kemudian memberikan uang muka US$ 500.000. Perjalanan uang ini mirip yang terjadi dengan uang hasil penjualan senjata AS ke Iran. Yakni berasal dari rekening bank Wilson, di sebuah bank Swiss, dikirimkan kepada sebuah perusahaan di Bermuda yang sahamnya dipegang oleh lima orang. Empat orang Amerika yang tak disebutkan namanya dan seorang kompanyon asing pada kenyataannya, kompanyon ini adalah Wilson. Kemudian uang ini masuk ke sebuah perusahaan di Delaware, perusahaan yang dipimpin antara lain oleh Clines. Duduk sebagai konsultan adalah Theodore Shackley, yang memang sudah tersingkir dari CIA. Perusahaan Delaware ini memiliki 49% saham dari sebuah perusahaan lain bernama Egyptian Amerian Transport and Services Corporation yang dipendekkan menjadi Fatsco. Nah, perusahaan tersebut terakhir ini punya kontrak eksklusif dengan Pentagon untuk membawa senjata milyaran dolar ke Kairo, setelah persetujuan Camp David diteken oleh Mesir dan Israel. Menurut pengakuan Wilson, empat pemegang saham perusaahan di Bermuda itu tak lain adalah Secord, Clines, Shackley, dan Erich von Marbod, salah seorang wakil direktur di Pentagon. Dia inilah yang memberikan kontrak pengapalan senjata ke Kairo itu, dan konon sering tampak di vila Wilson di Virginia. Tetapi ini semua belum dicek kebenarannya. Pada 1981, Secord diangkat menjadi penasihat Menteri Pertahanan Caspar Weinberger untuk urusan penjualan senjata ke Timur Tengah. Pada tahun inilah Oliver North, setelah setahun belajar di Naval War College, bertugas di Dewan Keamanan Nasional (NSC). Pada tahun itulah Secord dan North berkenalan. (Tetapi menurut sebuah sumber, kedua orang itu sudah bertemu di Asia Tenggara). Mereka berdua dengan gigih berdebat melawan Kongres, yang waktu itu keberatan AS menjual pesawat pemantau AWACS ke Arab Saudi. Soalnya, Israel menyatakan sangat keberatan. Akhirnya, mereka berhasil. Presiden Reagan memberikan medali kepada North. Pada waktu itulah, berkat kegigihan seorang jaksa muda dari Washington, Edward Lawrence Barcella Jr., Eatsco mulai jadi buruan. Setahun kemudian, muncul tuduhan terhadap Eatsco. Pihak maritim AS mengungkapkan bahwa perusahaan itu telah menyalahgunakan uang besar-besar. Ketika itulah seorang bernama Michael A. Ledeen, waktu itu asisten di Departemen Dalam Negeri untuk bidang terorisme, menemui Barcella. Ledeen mengatakan, ada kemungkinan penyalahgunaan uang itu untuk sebuah operasi tersembunyi. Orang ini sekali waktu mengkritik habis Turner, Direktur CIA, dalam sebuah artikel, karena Turner telah memecat Theodore Shackley. Kini, Ledeen dicurigai sebagai salah satu utusan Gedung Putih dalam penjualan senjata ke Iran. Entah ini suatu kebetulan atau bukan, beberapa kali setelah ketamuan Ledeen, Barcella dipindahkan oleh Departemen Kehakiman dari tugas mengusut Eatsco. Merasa yakin bahwa Wilson melakukan pelanggaran hukum, Barcella nekat keluar dari Departemen Kehakiman, bergabung dengan sebuah kantor pengacara Finley, Kumble, dan Wagner di Washington. Tujuannya satu: mengusut perkara Wilon. Dan ia tak sia-sia. Kisahnya kemudian dibukukan oleh Peter Maas dengan judul Manhunt (lihat Selingan, 11 Oktober 1986). Dalam masa pengusutan Eatsco, tiba-tiba Erich von Marbod mengundurkan diri dari Pentagon karena, konon, kesehatannya mundur. Lalu ia bekerja untuk Frank C. Carlucci, penasihat keamanan nasional Gedung Putih yang baru. Yakni di sebuah perusahaan cabang Sears, Roebuck & Company, perusahaan pialang teknologi kedirgantaraan untuk pelanggan luar negeri. Itulah, tinggal Jenderal Secord, selama Eatsco diusut, yang masih berstatus pegawai pemerintah. Pernah ia suatu kali diminta oleh Departemen Kehakiman untuk diuji kejujurannya di depan pesawat poligraf. Tetapi ia berhasil menghindarinya, dan akhirnya tak pernah diuji. Malah, secara tiba-tiba, ditugasi lagi oleh Carlucci, yang waktu itu sudah menjadi wakil menteri pertahanan. Toh nasib Secord tak selalu cerah. Akhirnya, ia pun dipensiunkan. Lalu ia bekerja pada perusahaan Albert Hakim, yang dikenalnya baik di Iran, dulu. Stanford Technology Corp., perusahaan Hakim itu, direorganisasikan, dan Secord duduk sebagai presiden. Hakim sendiri menjabat ketua perusahaan. Shackley pun ditarik masuk sebagai konsultan, meski waktu itu Shackley sendiri memiliki sebuah biro konsultan. Akhirnya, Januari 1984, Eatsco tamat riwayatnya. Ketika itu, Thomas Clines diberi kesempatan menyusun pembelaan diri atas tuduhan mengapalkan senjata gelap ke Mesir. Tetapi ia berhasil menghindarkan perkara kriminal, karena kantor kejaksaan AS di Alexandria setuju meneken perjanjian damai. Untuk ini, Clines membayar denda total US$ 110.000. Suatu jumlah yang sangat besar bila dibandingkan dengan kekayaan yang diperoleh dari Eatsco. Menurut Lembaga Hukum Federal, mencapai US$ 2,5 milyar. Kemudian Clines terlupakan, tak lagi menjadi berita media massa, sampai hubungan dekatnya dengan Secord dan North terungkapkan: dalam perkara "barter" senjata dan sandera AS dengan Iran, dan pengiriman senjata untuk gerilyawan Nikaragua. Dan ketika Menteri Luar Negeri George P. Shultz mengakui bahwa North dan Secord bersama duta besar AS untuk Libanon menyertainya, dalam perundingan pembebasan sandera, tembok persembunyian para tersangka pun runtuh. Mulai saat itu, mengalirlah informasi tentang konser kejahatan North dan Secord di Washington, Swiss, dan Timur Tengah. Repotnya lagi, kebenaran pengiriman bantuan senjata ke Nikaragua ternyata diragukan. Beberapa waktu lalu, para pemimpin gerilyawan itu membuat pernyataan bahwa mereka tak pernah melihat senjata-senjata tersebut. Kata. Jaksa Agung Edwin Meese, memang hal bantuan senjata ke Nikaragua belum "benar-benar terbukti". Dan itulah tugas Lawrence E. Walsh, peninjau independen yang terpilih untuk ikut mengusut perkara ini, dalam waktu dekat ini: mencari bukti ke mana larinya keuntungan penjualan senjata tersebut. Sementara itu, pengacara Secord optimistis bahwa kliennya akan menjadi orang terakhir yang tertawa. Bila memang begitu, ia akan tertawa setelah perkara ini habis. Kini, Clines, Shackley, Secord, dan Hakim dalam proses diadili. Mereka dituduh telah melakukan tindak kriminal. Yakni berkomplot untuk melanggar Perjanjian Netralitas dengan mengirimkan bantuan senjata kepada gerilyawan Contra di Nikaragua. Tertuduh yang lain adalah Rafael Quintero, orang Kuba yang telah menjadi warga negara AS, seorang agen yang dikontrak oleh CIA di Miami. Ia bekerja di bawah Clines, mengatur pengiriman senjata lewat Costa Rica dan El Salvador. Quintero dibayar US$ 4.000 per bulan ditambah bonus-bonus lain. Orang Kuba ini juga punya hubungan dengan Wilson. Ia mengaku pernah mau dibayar US$ 1 juta untuk membunuh seorang Libya yang anti-Qadhafi. * * * Sementara itu, Frank Carlucci, kini orang nomor satu di Dewan Keamanan Nasional (NSC), mengadakan pembersihan. Dua puluh empat staf NSC dimutasikan, digantikan oleh 52 staf profesional yang disebutnya "tim peralihan". Carlucci bersikap low profile. Ia tak bersedia memberikan komentar soal skandal yang oleh banyak kalangan dihubung-hubungkan dengan Presiden Reagan. "Saya kira, tak baik buat saya, sebagai orang baru, memberikan pendapat," katanya kepada James Bamford, yang menulis soal perubahan di NSC di The New York Times Magaine. Yang jelas-jelas dilakukan si orang baru adalah merinci semua orang yang pernah bekerja sama dengan Oliver North. Bagi banyak pengamat politik keamanan AS, tindakan Carlucci dinilai sangat terlambat. Ketika NSC dibentuk, 1947, dewan ini hanyalah bertugas mengkoordinasikan dan sebagai dewan penasihat pemerintah di Gedung Putih. Mulai di zaman McGeorge Bundy di bawah Presiden John F. Kennedy, lalu di masa Henry Kissinger, dan Presiden Richard M. Nixon, peran Gedung Putih di NSC makin nyata. Bahkan kemudian personel NSC makin hari makin mendapat kekuasaan mengambil keputusan. Di zaman Presiden Reagan-lah Dewan Keamanan Nasional benar-benar berubah fungsi. Yaitu dari lembaga pemberi nasihat menjadi dewan yang aktif melakukan operasi sendiri, dengan budget khusus. Dewan ini menjadi semacam kelompok Mission Impossible Gedung Putih. Memang, tak seperti CIA atau Pentagon, yang mengoperasikan beribu agen dengan jaringan yang amat luas, NSC tetap saja sebuah lembaga dengan hanya sejumlah kecil pegawai di belakang meja, yang biasanya terdiri dari para analis politik luar negeri dan ahli komunikasi. Tetapi, seperti halnya Oliver North, mereka punya mandat untuk membuat kontrak-kontrak dengan orang atau lembaga lain guna menunjang operasi yang direncanakan. Dan menilik jenis operasi yang dilakukan NSC, terutama di masa Reagan kini, kontrak memang dilakukan dengan para agen spionase. Dari sinilah bisa dimaklumi mengapa gerakan Edwin P. Wilson lama tak tercium. Melakukan kontrak dengan NSC berarti sangat terlindung kerahasiaannya, karena langsung hanya bertanggung jawab kepada presiden. Para pengamat menilai, "privatisasi" NSC sebenarnya sungguh berbahaya. Bagaimana tidak, dewan ini bisa saja menjadikan CIA sebagai subkontraktor mereka, yakni hanya sebagai pengirim berbagai senjata untuk negara-negara tertentu. Dengan kata lain, kerja sama CIA dan NSC menjadikan dinas rahasia AS itu turun fungsinya. Sejauh yang dapat dilacak, NSC memiliki 186 karyawan. Sepertiganya terdiri dari para sekretaris dan karyawan bawahan. Sepertiga lagi para staf manajemen, yakni para ahli administrasi dan komputer. Sisanya, 50-an orang, terdiri dari para profesional di bidang spionase dan kemiliteran. Tiap pagi, di Old Executive Office Building itu, di meja-meja tampak sisa-sisa kesibukan malam. Lalu lintas telegram, pesan-pesan lewat komputer. Itu datang dari CIA, Pentagon, dan lembaga-lembaga lain. Mereka semua mengirimkan gambaran mutakhir perkembangan dunia di segala sudut sampai hari itu. Pada sekitar pukul 7.20 pagi, para kepala seksi (yang biasanya membawahkan 3 atau 4 karyawan) membuka rapat. Ada kepala seksi khusus untuk Soviet, ada kepala seksi khusus untuk Eropa, ada pula kepala seksi bagian ekonomi. Jadi, bila tak dibagi berdasarkan negara, seksi-seksi di NSC dibagi menurut bidang ekonomi, politik, kebudayaan. Di meja panjang dari kayu oak, 15 orang berdiskusi tentang berbagai soal. Carlucci memimpin semuanya. Bila diperlukan, sebuah knop dipencet: di salah satu tembok akan segera terpampang peta dunia besar elektronik, dan pesawat video. "Biasanya, kami membicarakan keadaan dunia umumnya, dan keadaan Amerika khususnya. Hal-hal terdekatlah yang diprioritaskan," kata seorang staf di NSC. Sehabis berlima belas, Carlucci lalu melanjutkan diskusi dengan wakilnya, Letjen Colin Powell, dan sekretaris baru NSC, Grant Green. Lalu, sebagaimana para pendahulunya, tepat pada 9.30, bos NSC itu akan berjalan menuju Ruang Oval, untuk mendengarkan briefing langsung dari Presiden. Sementara itu, para staf yang lain melanjutkan pekerjaannya: menghadiri pertemuan-pertemuan, menulis memo. Misalnya yang dilakukan Robert B. Oakley, kepala seksi baru untuk Timur Dekat dan Asia Tenggara. Ia langsung menuju ke departemen luar negeri untuk berdiskusi dengan asisten Menlu untuk urusan Timur Tengah, juga menemui agen-agen CIA dan Pentagon yang khusus menangani Asia. Itulah kegiatan rutin orang-orang Dewan Keamanan Nasional. Dan tak apa pun bisa mencegah mereka kecuali Presiden. Di mana kamar North? Di belakang sebuah pintu khusus, yang hanya dapat dibuka dan ditutup dengan kode-kode tertentu, terbentang kamar No. 392. Di situlah rencana pengapalan senjata untuk Iran, dan mungkin juga keputusan untuk mengirimkan fek dari Swiss ke Nikaragua, dibuat. * * * Yang menjadi pertanyaan besar kini: seberapa jauh CIA tahu pengiriman senjata ke Iran dan ke Nikaragua itu. Taruhlah, ketika pengapalan senjata-senjata gelap dan pembayaran di rekening bank di Swiss, William Casey, Direktur CIA, tak tahu. Dan memang Casey kepada pers menyatakan ketidaktahuannya. Tetapi, mestinya, begitu skandal itu tercium, Casey langsung mengusutnya, dan kemudian seluruh informasi sudah di mejanya. Yang terjadi, Casey terlambat. Kata Laksamana Stansfield Turner, bekas direktur dinas rahasia, "Jika ada operasi intel berlangsung di luar pengetahuan saya, saya akan segera mengundurkan diri keesokan harinya." Dan menurut Robert M. Gates -- yang telah dipilih Presiden Reagan untuk dalam waktu dekat menggantikan William Casey -- sebenarnya, dinas rahasia ini sudah berusaha memasang pengaman-pengaman langsung di lapangan. Yang aneh, kata Gates, mengapa CIA, setelah tahu gerilyawan Nikaragua mendapatkan senjata, tak mencoba lebih tahu dari mana dan bagaimana sen jata itu diperoleh. Menurut analis intel yang tangguh ini, itu semua bisa terjadi karena staf puncak di CIA kini cenderung mendengarkan dari atas daripada mengkaji informasi dari lapangan. Sejumlah sumber mengatakan bahwa Oliver North hampir setiap hari memberikan informasi tentang operasi Nikaragua kepada Casey. Bahkan sekali atau dua kali sehari North berdiskusi dengan Clair George, wakil direktur khusus yang membidangi operasi intel CIA, tentang proyek Nikaragua tersebut. Sungguh tak enak untuk mengatakan: bukan saja CIA sebenarnya tahu, bahkan beberapa agen dinas rahasia secara langsung terlibat kerja sama dengan North. Namun, sebuah sumber mengatakan bahwa CIA selama ini menilai kegiatan itu sebagai kegiatan politik untuk mendukung gerilyawan Contra, yang oleh Kongres pun tak dipersoalkan. Kini, untuk mengungkapkan detail skandal ini ada di pundak Senator John Tower, yang memimpin komisi penyelidik. Pekan ini, dikabarkan komisi Tower akan membeberkan hasil penyusutan selama ini. Perkembangan terbaru adalah rencana pengunduran diri Donald Regan, Kepala Staf Gedung Putih. Konon, ketika sedang ramai-ramai skandal ini dibicarakan dunia, Regan memerintahkan Oliver Northagar, "Melindungi nama Presiden." Sementara itu, ada dua versi pendapat yang sampai pekan ini belum diketahui mana yang benar. Pertama, soal pengakuan McFarlane bahwa Presiden Reagan sendirilah yang menyetujui pengapalan senjata ke Iran, Agustus 1985. Versi lain, ini dikatakan oleh Donald Regan bahwa Presiden Reagan tak tahu-menahu pengapalan senjata itu, sampai ia terpaksa mengiyakannya pada Januari 1986. Memang, akhirnya, sebuah pertanyaan dari orang-orang awam menjadi menarik. Yakni seberapa jauh sebenarnya keterlibatan Presiden Reagan dalam skandal ini. Sebuah kasus mirip All the President's Men dari masa Richard M. Nixon?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini