Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Aksi Teror Jejaring Makassar

Anggota dan simpatisan JAD diperkirakan mencapai 20 ribu orang.

30 Maret 2021 | 00.00 WIB

Petugas Palang Merah Indonesia membawa kantong mayat pasca bom bunuh diri di depan Gereja Katolik Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, 28 Maret 2021. REUTERS/Stringer
Perbesar
Petugas Palang Merah Indonesia membawa kantong mayat pasca bom bunuh diri di depan Gereja Katolik Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, 28 Maret 2021. REUTERS/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • JAD Makassar diduga semakin gencar melakukan aksi teror dalam dua tahun terakhir.

  • Kelompok radikal ini menggunakan nama tokoh Negara Islam Indonesia Sulawesi Selatan, Kahar Muzakkar, sebagai alat propaganda.

  • Mereka melakukan doktrinasi lewat media sosial.

JAKARTA – Pengamat intelijen dan terorisme dari Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta, menduga aksi anggota Jaringan Ansharud Daulah (JAD) Makassar, Sulawesi Selatan, semakin aktif. Kelompok JAD Makassar ini ditengarai lebih sering melakukan aksi teror dalam dua tahun terakhir dibanding daerah lainnya. 

Teror terbaru kelompok ini adalah serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad lalu. Pelaku bom bunuh diri ini adalah sepasang suami-istri bernama Muhammad Lukman alias L dan Yogi Sahfitri Fortuna alias YSF. Keduanya diduga anggota JAD Makassar. 

Serangan kelompok JAD Makassar juga terjadi di Gereja Katedral Bunda Maria dari Gunung Karmel, Filipina, pada awal 2019. Pelakunya adalah pasangan Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Keduanya merupakan warga Indonesia sekaligus anggota JAD Makassar. Dalang pengeboman ini adalah Andi Baso, yang juga terafiliasi dengan JAD Makassar. 

"Polisi jangan sama sekali lengah untuk melakukan deteksi dini terkait dengan aktivitas JAD di Makassar ini," kata Stanislaus, kemarin. 

Ia berharap kepolisian lebih gencar mendeteksi anggota JAD Makassar setelah pengeboman Gereja Katedral Makassar, Ahad lalu. Stanislaus menduga bom bunuh diri ini merupakan serangan balasan JAD setelah penangkapan 20 anggotanya di Makassar, Januari lalu. Ia menduga kelompok ini terdesak setelah penangkapan itu, sehingga mempercepat aksi teror mereka. 

Anggota kepolisian memeriksa sepeda motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, 29 Maret 2021. ANTARA/Arnas Padda.

Stanislaus memperoleh informasi bahwa kekuatan JAD masih cukup kuat. Ia memperkirakan JAD mempunyai sekitar 20 ribu anggota dan simpatisan. Jumlah anggota JAD ini lebih besar dibanding anggota Jamaah Islamiyah yang hanya mencapai 6.000 anggota saat ini. JAD memiliki banyak anggota karena mereka lebih mudah melakukan indoktrinasi lewat media sosial. Mereka juga membantu anggota baru untuk melakukan teror. 

Polisi memastikan keterlibatan JAD dalam serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar setelah menangkap empat orang rekan pelaku pengeboman, dua hari lalu. Keempatnya berinisial AS, SAS, MR, dan AA. Polisi menduga kedua pelaku bom bunuh diri dan keempat terduga teroris itu kerap bertemu di Perumahan Villa Mutiara, Makassar. Di perumahan itu, mereka mendoktrin para anggotanya tentang terorisme. Setelah dianggap siap, mereka lantas menyusun rencana teror hingga membeli bahan-bahan pembuat bom. 

Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Al Chaidar, mengatakan JAD Makassar masih aktif meski polisi sudah menangkap 22 anggotanya, beberapa bulan lalu. Chaidar mendapat informasi bahwa ada sekitar tujuh pasangan, termasuk L dan YSF, yang dapat dikerahkan untuk menjadi "pengantin" sebutan bagi calon pelaku bom bunuh diri. 

Menurut Chaidar, aksi kelompok JAD tidak bisa dianggap enteng karena anggotanya yang tersebar di banyak tempat. Polisi juga sulit melacak rencana teror mereka karena dilakukan dalam skala kecil dan tidak membutuhkan teknologi yang canggih. "Hingga saat ini JAD Makassar masih kuat," ujarnya. 

Berpendapat senada, pengamat terorisme yang juga bekas petinggi Jamaah Islamiyah Asia Tenggara, Nasir Abbas, mengemukakan proses indoktrinasi ajaran ekstrem di Makassar kerap menggunakan sentimen sejarah. Tokoh Negara Islam Indonesia Sulawesi Selatan, Kahar Muzakkar, sering dipakai untuk mengajak orang-orang melakukan aksi teror. Misalnya, kata dia, ketika terjadi konflik horizontal di Poso, Sulawesi Tengah, serta pengiriman sejumlah orang ke Mindanao, Filipina, pada dekade 90-an, kelompok radikal di Makassar juga menggunakan nama Kahar sebagai alat propaganda. 

Ia mengatakan kampanye kekerasan mereka semakin membara setelah pendiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)—kelompok teroris global yang menjadi afiliasi JAD—Abu Bakar Al Baghdadi, menyerukan kepada pengikutnya untuk berjihad di daerah masing-masing. "JAD termasuk organisasi yang terafiliasi ke ISIS," kata Nasir. 

DIDIT HARYADI (MAKASSAR) | ROBBY IRFANY 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus