JAKARTA — Mata Yanto berfokus menatap layar telepon seluler pintarnya sembari duduk di trotoar sudut Jalan Jenderal Sudirman dan Setiabudi Raya,
Jakarta Selatan, kemarin siang, 11 Februari. Pria berusia 38 tahun itu sedang menengok aplikasi ojek daring, tempatnya bekerja.
Sembari memantau pesanan pelanggan, Yanto menikmati segelas kopi hitam dari gelas plastik. Sesekali ia mengisap rokok filter ketengan yang ia beli dari pedagang kopi keliling.
Menurut penuturan Yanto, kondisi jalanan di jantung Jakarta itu terbilang agak sepi dalam beberapa hari terakhir. Menurut dia, pada jam-jam macet lalu lintas, yakni sore hari, arus lalu lintas tak sepadat biasanya. "Masih macet, cuma enggak semacet biasanya," kata Yanto.
Yanto menduga naiknya status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dari level 2 menjadi level 3 menjadi musababnya. "Dari cerita kawan dan pelanggan, sudah mulai WFH (bekerja dari rumah) lagi," kata dia.
Berkurangnya tingkat kemacetan lalu lintas jalanan Ibu Kota juga dirasakan Yahya, pegawai swasta yang berkantor di sekitar Jalan Setiabudi Raya. Yahya, yang tinggal di sekitar Kalibata, biasanya butuh waktu lebih dari setengah jam untuk perjalanan ke kantor. "Beberapa hari ini tak sampai setengah jam. Lebih cepat lah," kata dia.
Faktanya, Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan sudah mengeluarkan aturan baru bagi masyarakat untuk kembali mengurangi mobilitas, termasuk kegiatan kerja di kantor. Aturan tersebut diteken seiring dengan naiknya jumlah kasus harian Covid-19 dan status PPKM level 3. "Jika bisa dilakukan secara virtual, lakukan acara secara virtual. Itu bentuk kewaspadaan," kata Anies, Senin, 7 Februari lalu.
Tiga hari kemudian, Anies memamerkan tingkat kemacetan lalu lintas Jakarta yang menurun berdasarkan data yang dirilis oleh lembaga pemantauan lalu lintas di dunia, TomTom International BV. Berdasarkan pantauan lembaga tersebut, sepanjang 2021, Jakarta turun peringkat menjadi
ranking ke-46 kota termacet di dunia. Padahal, pada tahun sebelumnya, Jakarta duduk di peringkat ke-31. "Yuk, hindari kemacetan dengan menggunakan transportasi publik, sepeda, atau berjalan kaki," kata Anies di akun media sosial Pemprov DKI Jakarta.
Dalam laman lembaga internasional itu disebutkan bahwa pandemi Covid-19 menjadi penyebab atau faktor utama yang menurunkan tingkat kemacetan lalu lintas kota-kota besar di dunia, termasuk Jakarta. Selama ini tingkat kemacetan lalu lintas kota-kota besar di dunia meningkat 2-3 persen per tahun. Namun, dalam dua tahun terakhir ketika dunia dilanda pandemi Covid-19, keadaan menjadi terbalik: menurunkan tingkat kemacetan lalu lintas kota di dunia.
Warga menggunakan bus transjakarta yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, 17 Desember 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berharap turunnya peringkat kemacetan lalu lintas di Jakarta bukan sekadar efek pembatasan mobilitas yang dilakukan pemerintah karena pandemi Covid-19. Menurut Riza, turunnya tingkat kemacetan lalu lintas seharusnya menjadi salah satu indikasi Pemprov DKI berhasil mengintegrasikan kendaraan umum di Jakarta. "Artinya, masyarakat sudah memahami betapa pentingnya berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi publik," kata Riza, kemarin.
Politikus Partai Gerindra itu menyebutkan tingkat
kemacetan lalu lintas bakal hilang permanen setelah Ibu Kota pindah ke Kalimantan Timur. Sebab, menurut Riza, nantinya terjadi perpindahan penduduk menuju Ibu Kota baru tersebut. "Mudah-mudahan kemacetan berkurang, banjir berkurang, polusi udara makin baik," ujar Riza.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan Pemerintah Provinsi terus berupaya menekan tingkat kemacetan lalu lintas. Setidaknya ada lima langkah yang ditempuh oleh Pemprov DKI Jakarta.
Pertama, menata stasiun KRL yang terintegrasi dengan Transjakarta, MRT, dan LRT melalui program JakLingko. Walhasil, mobilitas masyarakat, termasuk aksesibilitas pejalan kaki, dan integrasi antarmoda lebih teratur. Kedua, meningkatkan kualitas dan jangkauan angkutan umum di DKI. Tujuannya, agar semakin menarik minat masyarakat beralih menggunakan angkutan umum.
Cara ketiga adalah menambah dan merevitalisasi trotoar di Jakarta. Selain itu, menambah panjang jalur sepeda demi menambah alat transportasi yang lebih ramah lingkungan. Keempat, Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah menyelesaikan 38 titik kemacetan lalu lintas. Bahkan, jika dihitung sejak 2018, Dishub DKI telah menyelesaikan kemacetan lalu lintas di 198 titik.
"Target RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) untuk kecepatan rata-rata di 41 koridor jalan utama pada jam sibuk terlampaui, yaitu 24,91 km/jam," kata Syafrin.
Terakhir, Pemprov DKI
Jakarta telah melaksanakan kebijakan pembatasan jumlah kendaraan dengan menerapkan sistem pelat nomor kendaraan ganjil-genap di 25 ruas jalan utama pada jam-jam sibuk, yakni Senin-Jumat pada pukul 06.00-10.00 WIB dan pukul 16.00-21.00 WIB. Adapun selama pandemi Covid-19, jumlah ruas jalan yang terkena aturan ganjil-genap dipangkas menjadi 13 ruas serta pintu masuk di lokasi wisata Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, dan Taman Margasatwa Ragunan.
M JULNIS FIRMANSYAH | INDRA WIJAYA