Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Massa demonstrasi yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI membawa foto lima orang yang tewas dalam kericuhan demonstrasi yang menolak Rancangan Undang-Undang kontroversial pada rentang waktu 24-30 September lalu di Jakarta dan Kendari, Sulawesi Tenggara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kelima orang itu adalah Immawan Randi dan Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo; pemuda asal Tanah Abang, Maulana Suryadi; serta dua pelajar, Akbar Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra. Foto kelimanya dibawa oleh mahasiswa di barisan paling depan rombongan massa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Yusuf Kardawi diduga tewas diterjang peluru yang diduga ditembakkan oleh peluru saat kericuhan demonstrasi di Kendari. Kepala Divisi Pembelaan HAM KontraS Arif Nur Fikri, peristiwa penembakan terhadap Yusuf diduga terjadi di sekitar jalan Drs. H. Abdullah Solindea, tepatnya di pintu samping Dinas Ketenagakerjaan pada 27 September 2019.
Saat itu Yusuf Kardawi roboh dan hendak ditolong oleh salah seorang saksi. Namun, kata Arif, saksi tersebut ditodong senjata oleh seseorang berpakaian preman yang diduga adalah polisi. Saksi kemudian berlari meninggalkan Yusuf. Saat itulah menurut Arif, Imawan Randi juga terkena tembakan.
Adapun polisi telah membentuk tim untuk mengusut kematian Randi dan Yusuf. Sebanyak 6 polisi diketahui membawa senjata api saat unjuk rasa mahasiswa menolak RUU kontroversial itu berlangsung.
Sementara perkara Maulana Suryadi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sempat menyatakan bahwa ada korban tewas karena sesak nafas saat kericuhan demonstrasi pelajar di daerah Slipi, Jakarta Barat, 25 September lalu. Maspupah, ibu Maulana, tak percaya dengan ucapan Tito tersebut. Dia menduga anaknya merupakan korban penganiayaan karena pada jenazah Maulana ditemukan banyak bekas luka diduga karena benturan benda tumpul.
Tak hanya itu, kuping dan hidung Maulana Suryadi juga terus mengeluarkan darah, bahkan hingga saat akan dikebumikan. "Nggak mungkin, masak meninggal karena asma sampai mengeluarkan darah dari hidung dan kuping begitu,” kata Maspupah.
Selanjutnya, untuk Akbar Alamsyah, keluarga sempat kehilangan kabar pemuda berusia 19 tahun itu usai demo berujung kerusuhan pada 25 September 2019. Ia ditemukan dalam keadaan kritis di RS Pelni dengan kondisi pendarahan di kepala beberapa hari kemudian. Kakak Akbar, Fitri Rahmayani, mengatakan saat pertama ditemukan, wajah adiknya itu tak dapat dikenali.
Setelah menjalani perawatan intensif hingga dirujuk ke RS Polri dan RSPAD Gatot Subroto, kondisi Akbar Alamsyah semakin menurun. Korban kerusuhan demonstrasi di DPR itu meninggal pada Kamis petang, 10 Oktober 2019.
Terakhir, foto Bagus Putra Mahendra, 15 tahun, yang juga dibawa massa demo BEM SI. Dia seorang pelajar SMA Al Jihad Tanjung Priok, tewas pada 25 September lalu. Polisi mengatakan kalau Bagus meregang nyawa lantaran ditabrak truk kontainer saat sedang longmarch menuju Kompleks Parlemen bersama rekan-rekannya di sekitar Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara.
ADAM PRIREZA | TEMPO.CO