Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu cara untuk mengurangi nyeri saat melahirkan adalah dengan suntikan atau bius epidural. Suntikan ini diberikan di area epidural di sumsum tulang belakang untuk membantu memblokir sensasi nyeri yang dikirim ke otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Epidural dianggap aman dan efektif daripada obat penghilang rasa sakit atau obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit selama persalinan. Meskipun suntikan ini aman, komplikasi atau efek samping dapat terjadi. Biasanya efek samping terjadi karena kesehatan yang buruk, masalah dosis, reaksi alergi atau masalah pembekuan darah pada ibu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Boldsky, Sabtu, 28 November 2020, berikut efek samping suntikan epidural pada ibu dan bayi.
1. Sakit punggung setelah melahirkan
Gejala paling umum yang berkaitan dengan anestesi epidural adalah sakit punggung postpartum. Namun, penelitian ini kontroversial karena nyeri punggung pasca-persalinan terjadi pada sekitar 44 persen wanita. Itu juga diduga karena diberikan tidak tepat.
2. Tekanan darah rendah
Sekitar 14 dari 100 wanita mengalami hipotensi atau tekanan darah rendah karena epidural. Gejalanya antara lain seperti pusing dan mual. Menurut para ahli, hipotensi harus ditangani dengan cepat selama persalinan karena oksigenasi ke janin dan aliran darah uterus bergantung pada tekanan darah ibu. Hipotensi juga dapat mengakibatkan terganggunya pola detak jantung janin.
3. Demam intrapartum
Prevalensi demam intrapartum (proses persalinan) akibat epidural adalah 23 dari 100 kejadian. Walaupun bukan infeksi, demam ini dapat meningkatkan risiko cerebral palsy, kematian neonatal dan ensefalopati. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu otak 1-2 derajat Celcius pun dapat menyebabkan kerusakan otak pada janin.
4. Retensi urin
Retensi urin sering terjadi pada wanita yang baru saja melahirkan melalui vagina. Saat wanita berada di bawah pengaruh epidural, mereka mungkin tidak merasa ingin buang air kecil. Hal ini menyebabkan retensi urin di kandung kemih, yang menyebabkan melebihi kapasitas, peregangan, dan kerusakan pada otot kandung kemih.
5. Kesulitan menyusui
Anestesi epidural dapat mempengaruhi menyusui sampai batas tertentu. Menurut sebuah penelitian, beberapa obat epidural dapat menyebabkan depresi perilaku mengisap selama sekitar 15-45 menit dan memperlambat gerakan mulut pada bayi baru lahir, dibandingkan dengan mereka yang dilahirkan tanpa epidural.
6. Kerusakan saraf
Meskipun epidural sebagian besar disuntikkan oleh para ahli yang berpengalaman, dalam beberapa kasus, epidural mungkin tertancap terlalu dalam di ruang epidural sumsum tulang belakang dan menyebabkan kerusakan jangka panjang. Yang perlu diperhatikan, prevalensi kerusakan saraf yang berhubungan dengan epidural adalah 1-2 persen.
7. Denyut jantung tidak normal
Dalam beberapa kasus, suntikan epidural dapat menyebabkan bradikardia janin persisten (kelainan detak jantung pada janin) yang dapat menyebabkan operasi Caesar darurat. Karena epidural memblokir saraf untuk meredakan nyeri persalinan, jenis penyumbatan saraf dapat memperlambat detak jantung janin dan menyebabkan kelainan.
Faktor lain seperti kesehatan ibu berkontribusi pada kondisi tersebut. Insiden ini jarang terjadi dibandingkan dengan efek samping lainnya.
8. Meningitis
Meskipun sangat jarang, meningitis bakterial akut setelah pemberian epidural pernah diungkapkan dalam sebuah penelitian. Seorang wanita muda yang didiagnosis dengan meningitis bakterial pada hari ketiga setelah melahirkan. Wanita itu mengalami sakit kepala terus-menerus setelah melahirkan dan bahkan setelah menerima tambalan darah epidural, tapi masih mengalami demam. Meningitis bisa saja terjadi karena kontaminasi ruang subarachnoid oleh tambalan darah.
9. Pruritis
Ini adalah efek samping epidural yang paling menyusahkan, biasanya karena dosis obat epidural (opioid) yang tidak tepat. Epidural dosis tinggi menyebabkan pelepasan histamin. Hal ini dapat menimbulkan sensasi iritasi dan keinginan untuk menggaruk area tubuh, terutama hidung dan area wajah bagian atas.
10. Abses epidural
Insiden abses epidural sangat jarang sekitar 1,2 per 10.000 pasien. Orang dengan diabetes mellitus berisiko lebih tinggi mengalami kondisi tersebut. Ketika pemberian obat intravena dilakukan, beberapa bakteri masuk ke ruang epidural dan menyebabkan infeksi. Ini dapat menyebabkan abses epidural.
11. Sakit Kepala
Pemberian bius epidural melalui jarum kecil dapat menjadi penyebab utama kondisi tersebut. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 28 persen wanita hamil mungkin mengalami sakit kepala kronis akibat epidural.