Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus mobil ambulans DKI yang disebut membawa batu menjadi perbincangan hangat oleh warganet di tengah-tengah demonstrasi pelajar pada Rabu, 25 September lalu. Pegiat media sosial Denny Siregar mengunggah sebuah video melalui akun Twitter pribadinya @dennysiregar7 pada Kamis dini hari, 26 September 2019 sambil menuliskan kalimat: "Hasil pantauan malam ini.. Ambulans pembawa batu ketangkep pake logo @DKI Jakarta," tulis Denny.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak lama berselang, aku Twitter @TMCPoldaMetro juga mengunggah video 'ambulans bawa batu' itu. Walau pada akhirnya, video dan cuitan polisi tersebut dihapus setelah warganet merespons kejadian tersebut. Mereka mempertanyakan di mana batu yang disebut-sebut seseorang dalam video itu. Memang keberadaan batu hanya disebutkan tanpa ada potongan gambar yang memperlihatkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Polri mengamankan 5 kendaraan ambulans Pemprov DKI Jakarta yang digunakan untuk mengangkut batu dan bensin yang diduga untuk molotov di Pejompongan," ujar @TMCPoldaMetro melalui Twitter.
Berikut rangkuman mengenai fakta dan hoaks terkait ambulans bawa batu itu:
1. Hoaks: Ambulans Pemprov DKI dan PMI membawa batu
Polda Metro Jaya membawa lima unit mobil ambulans ke kantornya saat kerusuhan melanda sekitar gedung DPR RI pada Rabu malam, 25 September lalu. Satu di antaranya adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan sisanya kepunyaan Palang Merah Indonesia atau PMI. Selain itu, tiga petugas medis ambulans dan 31 petugas ambulans PMI dibawa ke Polda.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Komisaris Besar Argo Yuwono mengakui ada kesalahpahaman dari anggota Brimob yang menyebut bahwa ambulans itu membawa batu. Menurut Argo, para perusuh ternyata masuk ke dalam ambulans dengan membawa kardus yang berisi batu, kembang api dan bom molotov. Mereka disebut sedang mencari perlindungan dari kejaran polisi. Sehingga saat Brimob menghentikan ambulans, ada batu dan barang-barang lain bukan medis di dalamnya.
"Anggapan dari anggota Brimob di sana diduga mobil itu yang digunakan untuk perusuh. Tapi ternyata perusuh yang masuk ke mobil untuk mencari perlindungan dengan membawa batu, bom molotov dan kembang api," ujar Argo kantornya, Kamis, 26 September 2019.
Semua petugas medis ambulans yang sempat ditahan Polda Metro Jaya akhirnya dipulangkan. Mereka tidak terbukti membawa batu saat menjalankan tugasnya.
2. Fakta: Polisi sebut ada batu dalam ambulans
Walau telah salah menuding, polisi tetap kukuh memang ada batu dalam ambulans yang disitanya. Selain batu, ada pula bom molotov, kembang api hingga bensin yang dibawa oleh tiga orang perusuh berinisial A, RL dan YG ke dalam ambulans. Para tersangka disebut bukan pelajar yang melakukan unjuk rasa, melainkan warga.
"Tiga orang ini berlindung dalam ambulans," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suyudi Ario di kantornya, Kamis, 26 September 2019.
Barang bukti yang ditemukan di mobil ambulans saat demonstrasi ditunjukkan dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 26 September 2019. Polda Metro Jaya mengakui adanya kesalahan informasi soal Ambulans DKI yang dituding membawa batu pada kerusuhan Kamis dini hari tadi. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Suyudi menjelaskan kasus ini bermula saat anggota Brimob diserang oleh sejumlah orang. Saat itu, demonstrasi oleh pelajar di gedung DPR RI berujung rusuh. Bahkan, Pos Polisi Pejompongan dibakar oleh massa. Polisi kemudian mengejar para tersangka dan mendapatkannya di dalam mobil ambulans.
"Pasukan brimob yang ada di sekitar Pejompongan melihat ketiganya ini melakukan penyerangan," kata Suyudi.
Saat konferensi pers, polisi juga menunjukkan kardus yang isinya merupakan barang bukti seperti batu, bom molotov, kembang api dan bensin tersebut. Namun, barang-barang itu memang tidak terlihat dalam video yang sebelumnya diunggah @TMCPoldaMetro.
3. Dugaan: Petugas medis ambulans dianiaya Brimob
Dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua PMI Jakarta Timur Krisdianto serta dinyatakan langsung oleh Kepala Markasnya, E Komalasari, dugaan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap tim medis dalam ambulans terungkap. Komalasari menjelaskan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 23.30 di depan lobby menara BNI, Pejompongan. Saat itu, tim medis sedang mengobati korban kerusuhan.
Tak jelas penyebabnya, menurut pernyataan resmi itu, aparat Brimob menyantroni mobil ambulans secara tiba-tiba. Dengan dalih sedang melakukan sweeping, aparat Brimob tersebut langsung membuka paksa pintu ambulans dan menarik serta memukul seorang korban yang sedang mendapat pertolongan pertama.
Menurut keterangan tersebut, aparat Brimob langsung melakukan sweeping ke ambulans tersebut karena mencurigai adanya batu dan bensin yang disimpan pendemo di dalam ambulans. Tak berhenti sampai di situ, anggota Brimob disebut merusak ambulans hingga kaca belakang pecah dan berhamburan ke dalam.
"Oknum Anggota Brimob melayangkan pukulan dengan tongkat kayunya kepada semua tim medis PMI yang ada di dalam ambulans. Petugas PMI terkena pukulan di bagian kepala, bahkan salah satu perawat kami jatuh tersungkur ke belakang stretcher karena didorong dan kemudian diinjak oleh salah satu oknum Anggota Brimob," tulis pernyataan tersebut.
Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Edy Pramono menemui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Jumat 27 September 2019. Pertemuan itu untuk membahas masalah salah tangkap ambulans DKI dan juga kondisi Jakarta yang belakanga dipenuhi demonstrasi. Tempo/Imam Hamdi
Dua orang petugas PMI juga disebut sempat ditarik keluar paksa dari ambulans. Aparat tersebut pun melakukan pemecahan kaca samping kiri ambulans.
"Beberapa petugas kesehatan PMI mengalami tindakan kekerasan dari oknum Anggota Brimob, seperti dipukul, ditendang, ditonjok, ditarik oleh oknum Anggota Brimob dan ada beberapa yang ditarik oleh marinir justru diselamatkan ke belakang gedung," tulis pernyataan itu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menyatakan bahwa petugas medis ambulans DKI yang sempat ditahan di Polda Metro Jaya mengalami luka-luka. Namun, ia tak menceritakan awal muasal luka tersebut. "Ada luka di kepala, luka di kaki. Tapi kejadiannya bagaimana dan lain-lain kami masih belum bisa ngobrol," kata Anies di Balai Kota pada Jumat, 27 September 2019.