Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang anak perempuan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Siti Raisha Miranda diketahui tidur selama 10 hari lamanya. Bocah 12 tahun ini diduga mengalami sindrom Sleeping Beauty dan kondisinya seperti orang tidur pada umumnya, namun dengan durasi yang sangat panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga:
Punya Utang Tidur, Kenali Ciri-cirinya
Doyan Tidur, Hati-hati Itu Penyakit Sleeping Beauty
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sindrom Sleeping Beauty bukan sekadar dongeng belaka. Fenomena yang mirip cerita putri tidur Aurora dalam kisah Sleeping Beauty ini benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Kali ini bukan karena ulah penyihir jahat, tapi merupakan penyakit yang masih misterius penyebabnya.
Siti Raisha Miranda (12) yang terkena Sindrom Sleeping Beauty ketika ditemui di rumahnya RT 04, Jalan Pangeran, Kecamatan Banjarmasin Utara. Tempo/ Diananta P. Sumedi
Seperti dilansir Daily Mail, selain Siti Raisha, ada sejumlah orang yang juga mengalami kondisi serupa. Salah satunya adalah Beth Goodier, perempuan berumur 22 tahun, yang mengidap penyakit Kleine-Levin Syndrome (KLS) atau yang lebih dikenal dengan Sleeping Beauty Syndrome.
Beth didiagnosis menderita sindrom Sleeping Beauty karena dia tidur selama 6 bulan. Tidur dalam jangka waktu yang berlebih merupakan gejala yang paling mudah untuk dilihat. Tapi nyatanya ada fakta yang lebih dari sekedar waktu tidur yang lama. Orang yang menderita KLS tidak dapat mengontrol kapan dia tidur atau di mana dia akan tidur sebelum memasuki sebuah episode (istiah untuk menjelaskan jangka waktu tidur yang panjang).
"Kebutuhan untuk tidur sangat kuat membuat penderita sindrom Sleeping Beauty dapat tidur di tempat-tempat yang tidak wajar, seperti di ruang tunggu, di dalam kelas, atau bahkan di pinggir jalan," kata Josna Adusumili, MD seoarang dokter ahli saraf dan ganguan tidur. Penderita sindrom Sleeping Beauty masih bisa makan dan pergi ke kamar mandi, namun sulit untuk membangunkan mereka secara utuh.
Ilustrasi Tidur. dailymail.co.uk
Josna mengatakan sindrom Sleeping Beauty dapat menyebabkan penderitanya merasa mudah tersinggung, agresif, dan linglung ketika bangun. Penderita juga biasanya berperilaku seperti anak kecil, nafsu makannya tinggi, hasrat seks yang kuat juga ditemukan pada beberapa pasien.
Selain jangka watu tidur yang panjang, gejala dari sindrom Sleeping Beauty ini masih menjadi misteri. "Kami tidak tahu darimana penyakit ini berasal dan pengobatannya masih didasarkan pada gejala yang timbul," kata pakar yang menganalisis tentang pola tidur Thomas Roth. Dengan kata lain, belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab dari sindrom Sleeping Beauty.
Di sisi lain, sindrom Sleeping Beauty masih sangat langka. Thomas mengatakan kalaupun sampai terdiagnosis, penyakit ini sifatnya tidak permanen. Kebanyakan kasus Sleeping Beauty terjadi pada remaja, walaupun dalam beberapa kasus ditemukan juga pada anak-anak dan orang dewasa. Penyakit ini rentan terjadi pada usia 8 hingga 12 tahun.
Thomas menjelaskan, satu-satunya cara untuk mengobati penyakit sindrom Sleeping Beauty ini adalah dengan mendiagnosa pasien. Contoh, dokter dapat memberikan stimulasi bagi pasien untuk bisa melawan rasa kantuk, sehingga tetap terjaga pada waktunya.
SATRIA DEWI ANJASWARI