Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdarahan terus menerus di dalam atau di luar periode haid menjadi salah satu gejala kanker serviks. Gejala inilah yang paling banyak mendorong para wanita datang berobat ke rumah sakit. Angkanya mencapai 70 persen dibandingkan dengan gejala lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Gejalanya terbanyak adalah pendarahan, ini yang menyebabkan perempuan datang berobat ke rumah sakit," ujar dokter spesialis kebidanan & kandungan konsultan onkologi ginekologi dari Universitas Indonesia, Bambang Dwipoyono, dalam webinar, Jumat, 4 Februari 2022.
Bambang yang berpraktik di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya itu mengatakan, perdarahan ini berbeda dengan haid yang memiliki pola waktu teratur setiap bulannya dan berulang.
Sementara jika perdarahan di luar masa haid, bisa akibat sentuhan misalnya saat berhubungan seksual atau muncul dengan sendirinya.
"Jika perdarahannya itu di luar haid, apakah karena sentuh akibat hubungan seksual atau sendiri, kita mesti lihat. Tidak semata-mata melihat bagaimana haid atau perdarahan tadi," kata Bambang.
Para wanita disarankan memperhatikan pola menstruasinya atau dengan mencatat waktunya sehingga bila ada perubahan dalam pola, dia bisa segera berkonsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan.
"Jadi sangat dianjurkan perempuan yang sudah haid memiliki catatan, kalau ada perubahan dalam pola haidnya, dia bisa ke dokter atau tenaga kesehatan untuk diperiksa apakah pendarahan yang disebabkan hal lain," tutur Bambang.
Selain perdarahan, gejala yang umum muncul akibat kanker serviks yakni adanya cairan di vagina atau keputihan yang banyak, berwarna kemerahan karena tercampur darah dan berbau tidak sedap.
Selain pendarahan, keluhan lain adalah nyeri di panggul, pinggang, tungkai atas dan tulang bila kanker sudah menyebar. Pada kasus lainnya, bila kanker sudah berat dan menyebar ke paru-paru maka bisa menimbulkan sesak napas.
Data memperlihatkan, sekitar 500 juta atau 0,5 persen perempuan di dunia terkena kanker serviks, dengan sebanyak 55-60 persen pasien berakhir dengan meninggal. Kasus terbanyak yakni 80 persen terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan per 31 Januari 2019 memperlihatkan, kasus kanker serviks mencapai 23,4 persen per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 persen per 100.000 orang. Bambang mengatakan, data selama 10 tahun juga menunjukkan, perempuan yang terkena kanker berusia muda yakni rerata 40-45 tahun dengan stadium II-III (65 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
ANTARA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.