Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Unit asam sulfat smelter milik PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik, Jawa Timur, yang belum sebulan diresmikan Presiden Joko Widodo, terbakar pada Senin, 14 Oktober 2024, pukul 17.45 WIB.
“Tidak ada korban,” kata VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati kepada ANTARA di Gresik.
Muncul pertanyaan di masyarakat, kenapa PT Freeport membangun smelter di Gresik bukan di Papua, tempat konsentrat tembaga ditambang, sehingga tidak perlu diangkut ke Jawa.
PT Freeport Indonesia menjelaskan alasan membangun smelter di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yakni karena adanya perusahaan yang mampu menyerap limbah produk yang dihasilkan dalam proses permunian hasil tambang itu.
Riza Pratama, yang waktu itu menjabat Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia, seperti dikutip Antara, 26 November 2021, mengatakan dua perusahaan besar yang sangat membutuhkan limbah smelter adalah Petrokimia Gresik dan Semen Indonesia.
"Seperti limbah asam sulfat yang digunakan untuk bahan dasar pupuk di Petrokimia. Kemudian limbah tembaga untuk bahan pabrik semen. Jadi pilihan tempat di Gresik sangat tepat. Tidak ada bahan yang akan dibuang sembarangan, melainkan ada industri yang bisa menyerap limbah," kata Riza, saat acara bersama media di Gresik.
Ia memastikan, tidak akan ada limbah yang terbuang dari proses olahan smelter di Gresik, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dengan keberadaannya di "Kota Santri" tersebut.
Riza mengatakan, selama ini proses olahan smelter lebih banyak diekspor ke luar negeri, sedangkan apabila dibangun di Gresik diharapkan akan diserap pasar dalam negeri, sebab produk limbahnya berupa tembaga mampu dijadikan bahan dasar pembuatan telepon seluler serta alat elektronik dan otomotif.
"Kenapa tidak dibangun di Papua, biayanya cukup tinggi. Karena di sana tidak ada industri yang menyerap," katanya.
Smelter Freeport dibangun di areal seluas 100 hektare di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE). Smelter ini memiliki kapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun serta 480 ribu ton logam tembaga serta fasilitas precious metal refinery (PMR).
Presiden Joko Widodo meresmikan produksi smelter PT Freeport Indonesia di Gresik itu pada 23 September 2024. Jokowi waktu itu mengatakan, pembukaan pabrik raksasa katoda perdana RI ini akan membawa Indonesia menjadi negara industri maju.
“Indonesia ingin mengolah sumber daya alamnya sendiri dan tidak mengekspor, sekali lagi, mentahan atau raw matetrial. Dan ini akan membuka lapangan pekerjaan yang sangat besar,” katanya dalam sambutan.
Investasi Rp 56 triliun dihabiskan untuk membangun smelter PT Freeport di Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini bisa mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga yang dibawa dari Papua. Hasilnya 900.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas dan 210 ton perak.
Pilihan Editor Mengenal Qingdao, Kota Pelabuhan Penting Tempat Cina Menjamu Indonesia di PPD 2026 Malam Nanti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini