Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Digerojok 66 liter Shell V Power, BMW 520i Luxury mampu menempuh perjalanan sekitar 900 kilometer dari Jakarta ke Surabaya tanpa kehabisan bahan bakar. Bahkan, sedan terbaru yang diluncurkan Januari lalu tersebut masih memiliki bahan bakar seperempat tanki.
“Menurut petunjuk di monitor, dengan bahan bakar yang ada mobil ini masih bisa menempuh 246 kilometer lagi,” kata Valdo Prahara, pengendara BMW 520i, kepada Tempo di Surabaya begitu tiba dari Solo pada Rabu malam, 14 Maret 2018.
Jurnalis media otomotif Carvaganza.Com ini salah satu peserta acara “Conquering 5 Cities With BMW 5 Series: Driving Experience” yang diadakan BMW Grup Indonesia pada 12-15 Maret 2018. Lima kota yang dimaksud adalah Jakarta, Cirebon, Semarang, Solo, dan Surabaya yang totalnya sejauh sekitar 900 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petunjuk penggunaan bahan bakar sedan terbaru BMW 520i Luxury seusai perjalanan Solo-Surabaya pada Rabu, 14 Maret 2018, dalam acara Conquering 5 Cities With BMW 5 Serius: Driving Experience pada 12-15 Maret 2018 di lima kota, yakni Jakarta, Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya. FOTO: Driver Valdo
Empat sedan BMW 520i Luxury dan satu sedan BMW 530i Luxury dicoba antara lain kemampuan efficiency dynamic-nya dalam acara tersebut. Berangkat bersama dengan pasokan bahan bakar yang sama, lima mobil itu diajak berjalan dengan jarak yang sama. Ternyata BMW 5201 --- mobil nomor urut satu dalam rombongan – ternyata muncul sebagai yang paling efisien penggunaan bahan bakarnya.
“DNA mobil BMW adalah dinamis. Meski begitu tetap efisien,” kata Gerry Nasution, BMW Instructure.
Baca juga: Jelajah 5 Kota BMW 520i: Jakarta-Surabaya Cuma 50 Liter
Dia menerangkan, mode Eco Pro BMW – yang dicoba di rute Solo-Surabaya -- bukan diciptakan untuk mengirit bahan bakar sehingga dikendarai secara minimalis. BMW diciptakan untuk dinamis alias responsif dan enak buat ngebut. Pengalaman berbeda ditemukan pada mode Sport dicoba pada rute Cirebon-Solo dan Jakarta-Cirebon dengan mode Comfort.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerry Nasution, Pembalap touring dan BMW Instructure
Menurut Vice Presiden Corporate Communications BMW Grup Indonesia, Jodie O’tania, teknologi efisiensi BMW mulai benar-benar digeber secara global pada 1992. Teknologi efisiensi ini sekarang berkembang menjadi mobil listrik, yang tak lama lagi merambah ke Indonesia.
Dalam acara Driving Experience di lima kota tadi, Jodie meneruskan, dari awal memang pengemudi yang semuanya jurnalis itu tidak dikabari bahwa akan ada semacam lomba adu efisien bahan bakar. Tujuannya agar sepuluh pengemudi itu tak melakukan hal-hal ekstrem untuk menjadi yang paling efisien. “Misalnya matiin AC dan musik, terus buka kaca. Berkendara harus penuh kegembiraan, joy, khas BMW,” ucapnya dalam penutupan acara pada Kamis lalu, 15 Maret 2018, di Hotel JW Marriot, Surabaya.
Ismail Ashlan, Corporate Communications Manager BMW Grup Indonesia, menjelaskan bahwa mulanya adalah filosofi BMW Efficient-Dynamics pada sedan Seri 5 yang pertama muncul 1972. Konsep utamanya adalah meningkatkan efisiensi bahan bakar dan emisi CO2 tanpa mengurangi kedinamisan berkendara.
Aplikasinya secara terintegrasi mencakup pengemudian, mulai dari lingkar kemudi hingga steering rack, manajemen penggunaan energi -- baik bahan bakar, arus listrik, maupun sisa energi kinetis dari pengereman. Kemudian konsep kendaraan itu sendiri yakni desain, aerodinamika, serta teknologi pendukung lainnya.
Efisiensi antara lain juga hasil dari sasis yang ringan dan teknologi mutakhir. Berat bodi BMW Seri 5 generasi ke-7 yang terbaru ini 100 kilogram lebih ringan ketimbang generasi sebelumnya. “Mampu melaju tanpa membutuhkan injak gas atau coasting. Coba saja BMW 520i dan 530i,” kata Ismail.
Tentu mobil tak bisa melaju tanpa pengemudi. Mobil cerdas BMW membutuhkan driver yang seimbang. Setelah menempuh jarak 900 km, mobil yang dikendarai duet Valdo dan Muhammad Khadafi, jurnalis Bisnis Indonesia, hanya menghabiskan 50 liter Shell V Power. Kalau dirupiahkan memakan biaya sekitar Rp 530 ribu. Namun, yang paling penting berkat efisiensi pengendara BMW lebih nyaman tanpa harus berfikir mencari pompa bensin, apalagi mesti antre mengisi tanki.
Simak tipsnya dari Sang Juara. “Selama perjalanan kita nggak perlu ngoyo untuk mengejar mobil di depan. Menginjak pedal gas tetap dengan halus sehingga bahan bakar yang disemprotkan oleh injektor hanya butuh sedikit,” ujar Valdo.
Posisi terakhir status perjalanan Solo-Surabaya menggunakan sedang terbaru BMW 5201 Luxury dalam Conquering 5 Cities With BMW 5 Series: Driving Experience pada 12-14 Maret 2018. FOTO: Driver Valdo
Selain itu, menurut Valdo, pahami kontur jalan sehingga bisa mengambil momentum yang tepat pada saat jalan menanjak. Ketika jalan menurun, biarkan mobil coasting bebas, tanpa injak pedal gas dan rem hingga diperlukan. Pria bertubuh besar ini mencontohkan, jika akan melewati tanjalan siap-siap injak gas lebih dalam agar tenaga mobil tidak hilang di tanjakan.
Di dalam mobil, dia memasang setelan pendingin udara 21 derajat Celcius dengan terpaan sedang sesuai kebutuhan dan musik berdentum dari BMW Hi-fi Loudspeakers System sepanjang perjalanan.
Valdo pun menyetir BMW biasa saja. Kecepatan 110 km/jam ketika di jalan tol sedangkan di dalam kota 40-an km jam. Kalau di rute naik-turun seperti di kawasan pengunungan Lawu, Tawangmangu, dari Solo menuju Surabaya Valdo-Dafi kalem dengan 40 km/jam. Kalau menurut Gerry Nasution, kecepatan 60-120 km/jam masih dalam koridor efisien.
“Dengan teknologi Eco Pro pengemudi BMW nggak perlu buka kaca, matikan AC, dan bawa mobil pelan,” tutur Valdo.