Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Semua orang mengharapkan kebahagiaan setelah menikah. Tapi kadang-kadang fakta justru sebaliknya, pernikahan justru menimbulkan konflik baru yang menyebabkan pasangan sering bertengkar. Jika sama-sama dewasa, konflik sebenarnya bisa membantu pasangan tumbuh bersama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Inti dari pertengkaran dengan pasangan bukanlah untuk menang, bukan untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, atau untuk melepaskan kekesalan. Pertengkaran menjadi jalan untuk mencapai solusi yang memuaskan bagi suatu masalah.
Meski tak semua pertengkaran membuahkan solusi. Hal yang perlu diingat, pasangan adalah tim yang sama, jadi sama-sama menang di akhir pertengkaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berikut lima aturan yang harus diikuti saat bertengkar dengan pasangan.
1. Tetap berkelas meskipun sedang bertengkar
Itu berarti tidak ada sumpah serapah, menggigit, menendang tembok, melempar lampu, atau kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk apa pun. Juga, jangan pernah mencoba menyelesaikan konflik saat mabuk berat. Pertengkaran juga jangan dilakukan di teras rumah sehingga bisa dilihat orang lain, di depan tamu, atau di depan pertemuan sekolah. Perkelahian harus dilakukan secara pribadi, dan hanya melibatkan dua orang.
2. Jangan libatkan orang tua saat bertengkar
Saat bertengkar, orang akan mudah membandingkan pasangan dengan orang lain terutama orang tua, seperti, "Kamu seperti ayahmu yang selalu melakukan bla bla bla."
Juga, jangan membawa teman ke dalam pertengkaran. “Temanku, Lucy, selalu berkata bahwa aku seharusnya tidak menikahimu…” Jika Lucy bukan bagian dari hubungan ini, maka dia tidak boleh bersuara.
3. Sarkasme ketika bertengkar sangat menyebalkan
Sarkasme adalah cara ampuh untuk meremehkan seseorang. Jadi, itu sangat menyebalkan. Juga, jangan mulai berdebat tentang detailnya. Seperti jika pasangan mengatakan, "Kamu terlambat 20 menit untuk menjemputku!" jangan dibalas dengan "Sebenarnya saya hanya terlambat 17 menit, terima kasih banyak!"
Pikirkan segala sesuatu dalam percakapan sebelum sampai pada kesimpulan. Balasan sarkastik dan terlalu spesifik tentang detail membuat pembicaraan lebih lanjut terhenti.
4. Jangan beri label ketika bertengkar
Hindari melabeli pasangan dengan sesuatu yang negatif, seperti depresi, membosankan, bodoh, gila, atau pecundang karena itu seolah itu terjadi seumur hidupnya. Tapi boleh mengatakan bahwa dia "menjadi membosankan" atau "bertingkah seperti orang gila". Maknanya berbeda.
5. Jangan pernah mengucapkan "cerai" saat bertengkar
Ketika tingkat kemarahan meningkat dan emosi mencapai titik didih, orang akan merasa menyesal menikah dengan pasangannya. Tetapi jangan sekali-kali, dalam keadaan apa pun, mengucapkan kata “cerai” di depan suami atau istri. Mengancam untuk keluar dari pernikahan bisa sangat manipulatif, dan membuat pertengkaran jadi tambah besar.
Membahas perceraian juga menciptakan suasana ketidakpercayaan dan dapat menyebabkan kecemasan ditinggalkan. Tidak mudah mengembalikan kepercayaan setelahnya, dan yang terpenting, itu pasti tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan pasangan.
YOURTANGO
Baca juga: 4 Pertengkaran yang Normal dalam Hubungan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.