Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Tangerang - Warga Desa Kampung Bugel, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang diimbau pakai masker wajah penutup hidung dan mulut setelah kasus keracunan limbah B3.
Imbauan itu dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, setelah 14 santri pondok pesantren Nurul Hikmah mengalami keracunan yang diduga dari limbah industri beracun.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr Hendra Tarmizi mengatakan pemakaian masker ini sifatnya hanya imbauan sebagai bentuk pencegahan dan antisipasi. "Sementara pakai masker di daerah sekitar. Sifatnya imbauan karena tidak menyeluruh kejadian kasusnya," ujarnya Jum'at 30 Agustus 2019.
Kepala Puskesmas Pasar Kemis dokter Salwa memastikan seluruh korban keracunan yang merupakan 14 santriwati Ponpes Nurul Hikmah yang sempat dirawat di Puskesmas itu sudah dibolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. "Sampai Jumat siang ini tidak ada lagi laporan dugaan keracunan ini," kata Salwa.
Puskesmas, kata dia, tetap memonitor dan memberikan sosialisasi ke masyarakat tentang hidup yang bersih dan sehat. "Karena ini lebih kepada pencegahan karena penyebab santri keracunan belum diketahui," katanya.
Sebanyak 14 orang santri pondok pesantren Nurul Hikmah di Desa Kampung Bugel, Desa Pangadegan Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang menjalani perawatan di Puskesmas setempat karena diduga keracunan limbah beracun. Mereka mengeluh mual dan pusing setelah menghirup udara di sekitar.
Keluhan utama belasan santri itu sesak nafas, pusing mual dan muntah. Saat kejadian para santri sedang kegiatan mengaji di luar kamar pada Rabu malam, pukul 20.30.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Budi Khumaedi mengatakan masih melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab keracunan limbah B3 itu. "Tim kami sedang menguji sampel air dan udara untuk mengetahui apakah keracunan ini disebabkan racun limbah industri," katanya.
JONIANSYAH HARDJONO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini