Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Rujak Center for Urban Studies Elisa Sutanudjaja menilai revitalisasi halte Transjakarta Tosari dan Bundaran Hotel Indonesia (HI) merusak pandangan ke Tugu Selamat Datang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ada visual berkelanjutan yang akhirnya memusat pada Tugu Selamat Datang. Visual yang menerus dan lapang dan luas yang akhirnya memusat ke titik 0 (Bundaran HI) akhirnya rusak,” kata Elisa melalui pesan singkatnya, Senin, 28 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Elisa menjelaskan, axis Jalan Sudirman-Thamrin juga termasuk axis yang bersejarah, sehingga seharusnya kedua halte tersebut didesain dengan tetap menghormati sejarah kawasan Bundaran HI itu.
Ia juga mengkritisi tinggi halte bus Transjakarta yang setara dengan bangunan empat lantai itu tidak memberi manfaat apapun kepada pengguna.
“Tinggi bangunan yang ada, terlebih pada langit-langit platform halte, selain merusak visual lanskap kota dan axis bersejarah, dia tidak membawa manfaat apapun kepada pengguna Transjakarta,” ungkap dia.
Dari segi interior halte berbentuk kapal itu, Elisa menilai penempatan interior membuat orang seperti terhimpit di antara tebing tinggi sempit sehingga bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan aman.
Kemudian dari segi fungsi, kedua halte yang baru dibangun, terutama halte Tosari tidak memecahkan masalah lama, terutama lebar halte dan pintu masuk yang kecil.
“Malah mereka menambah struktur yang tidak ada hubungannya dengan kinerja halte, yaitu tangga ke lantai dek atas yang otomatis mengurangi lebar ruang platform lantai dasar,” ungkapnya.
Selanjutnya revitalitasi halte Transjakarta gagal menambah lebar...
Transjakarta Dinilai Gagal Menambah Lebar Halte
Elisa juga menilai pihak Transjakarta telah gagal untuk menambah lebar Halte Tosari.Kendaraan melintas di dekat proyek Revitalisasi Halte Transjakarta Bundaran HI, di Jakarta, Jumat, 23 September 2022. PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) melakukan revitalisasi 46 halte bus, diantaranya; 4 halte ikonik, 4 halte terintegrasi antar moda angkutan dan peremajaan 38 halte biasa yang ditargetkan rampung akhir tahun 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
“Padahal itu krusial, juga membuat saya mempertanyakan keberpihakan Pemprov DKI terhadap transportasi umum,” kata Elisa.
Ia mengatakan, menambah lebar halte memang akan berdampak pada lebar jalan mobil dan motor. Tapi, jika yang diambil hanya 1 meter sisi timur dan 50 cm sisi barat, itu sebenarnya tidak berpengaruh banyak pada kondisi jalan yang sekarang.
Di sisi lain, penambahan 1,5 meter tersebut justru akan membawa dampak positif bagi pengguna halte TransJakarta, baik dari segi keamanan maupun kenyamanan.
“Peningkatan keamanan dan kenyamanan pengguna TransJakarta yang pada akhirnya akan membawa penambahan jumlah pengguna transportasi umum, seharusnya jadi prioritas arsitek, TransJakarta, dan Pemprov DKI,” jelasnya.
Dia menilai revitalisasi halte Transjakarta Tosari dan Bundaran HI buruk secara lanskap kota hingga fungsinya. “Jadi kesimpulannya, buruk secara lanskap kota, arsitektural, iklim, dan fungsi,” kata Elisa.