Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Lady Biker Moge, di Antara Tarian Panas dan Ajang Pamer

Lady biker kerap dimanfaatkan oleh anggota komunitas moge pria. Buat apa?

1 Oktober 2017 | 21.32 WIB

Lady Biker Harley Davidson Club Indonesia Tangerang,Dina Maria (kiri), Ollie Meutia, Briza Meilani, Lararasati,  Sedang mengendarai motor Harley Davidson di Rukan Permata Senayan, Jakarta. TEMPO/Ilham Fikri
Perbesar
Lady Biker Harley Davidson Club Indonesia Tangerang,Dina Maria (kiri), Ollie Meutia, Briza Meilani, Lararasati, Sedang mengendarai motor Harley Davidson di Rukan Permata Senayan, Jakarta. TEMPO/Ilham Fikri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kehadiran para perempuan dalam komunitas motor gede baru dirasakan sekitar tujuh tahun terakhir. Lady biker yang tergabung dalam Harley Davidson Club Indonesia Tangerang, Briza Sunarto dan Olie Meutia mengatakan awalnya sebagian besar perempuan yang mengikuti acara moge berstatus sebagai boncenger alias dibonceng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Briza menjadi boncenger selama 10 tahun, hingga kemudian dia memutuskan menjadi lady biker alias pengemudi moge pada 2010. “Awalnya saya memang tak terlalu suka moge, sampai pada satu titik saya akhirnya suka banget,” ujarnya di Sunbreeze Hotel, Senayan, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, sebelum 2010, sebagian besar perempuan yang mengikuti acara moge sekadar menemani suami, teman, atau kekasihnya. Bahkan tak jarang di antara mereka menyusul datang ke acara komunitas moge dengan naik mobil dan berpenampilan mewah. “Dulu masih ada yang pakai cincin berlian sebesar jempol, full makeup, tas mewah, seperti mau ke pesta. Kok jadi ajang pamer,” kata Briza.

Aksesoris unik yang di gunakan Lady Biker Harley Davidson Club Indonesia Tangerang, saat bersiap-siap menunggangi motor keluaran pabrik Amerika miliknya di depan Sunbreeze Hotel, Jakarta, 17 September 2017. TEMPO/Ilham Fikri

Padahal anggota komunitas moge justru menunjukkan penampilan yang kasual dan tidak banyak mengunakan aksesoris yang menonjol. “Tapi semakin ke sini, mereka (para perempuan di komunitas moge) sudah mulai mengikuti gaya yang cuek meski usia juga sudah bertambah,” ucapnya.

Selain membuat perubahan dalam urusan penampilan, para lady biker juga lebih selektif dalam mengikuti acara komunitas moge. Briza dan Olie tak membantah jika dalam suatu acara, pernah diadakan hiburan khusus dewasa, semisal menghadirkan sexy dancer. “Tapi enggak semua komunitas moge bikin acara seperti itu,” ujarnya.

Pengendara Harley Davidson Briza Sunarto (kaos merah) dan Olie Meutia (kaos oranye) saat mengendarai sepeda motor gedenya di Jakarta. TEMPO | Rini Kustiani

Yang jelas, Briza menegaskan tak ikut-ikutan jika ada acara yang negatif seperti itu. Sebab, menurut dia, keberadaan sexy dancer yang juga perempuan itu sama saja dengan merendahkan perempuan. “Kalau sudah begitu, saya bilang ke suami, balik ke hotel!,” katanya.

Sementara itu, Olie Meutia mengatakan keberadaan lady biker di komunitas moge menjadi tameng bagi para pria dari kegiatan yang bersifat negatif. Salah satu trik supaya tidak digoda oleh para penari itu, anggota komunitas moge pria sengaja ‘menggandeng’ lady biker. “Dengan begitu, penari-penari tadi tak berani mendekat,” ucapnya.

RINI KUSTIANI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus