Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - ahli herpetologi atau ahli soal ilmu reptil Universitas Brawijaya, Nia Kurniawan, menjelaskan bahwa dimakannya Muhammad Akbar, 27 tahun, oleh ular piton karena ada konflik habitat antara manusia dan ular.
Ular piton menelan Akbar, petani kelapa sawit di Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Senin malam, 27 Maret 2017.
"Kalau menurut saya, habitat manusia dan ular itu bertemu. Sepertinya ularnya itu lapar, karena tidak biasa ular makan manusia," ucap Nia via telepon kepada Tempo, Jumat, 31 Maret 2017.
Baca: Manusia Dimakan Ular di Mamuju, Piton Sedang Mencari Mangsa
Menurut dia, hewan jenis piton itu merupakan pemalu dan tak agresif. Bahkan, kata Nia, habitat piton itu biasanya berada di goa-goa, bebatuan, dan pohon tinggi. "Tipenya itu di tempat tinggi kemudian ada mangsa lewat dia menjatuhkan diri," ucap dia.
Bahkan, dia menilai hutan di Sulawesi Selatan masih banyak makanan untuk para ular. "Tapi mungkin dia lapar, terus ada manusia, secara kalori cukup, yah dimakan," tuturnya.
Sehingga, ular piton tersebut tak memandang secara spesifik lagi untuk memakan manusia atau hewan di sekitarnya. Kendati demikian, dia melanjutkan, keluarnya ular sepanjang lebih-kurang sepuluh meter ini karena efek cuaca musim hujan. "Sepertinya karena air hujan, ular itu jatuh dari pepohonan dan keluar dari sarangnya."
Simak juga: Tak Hanya 1, Keluarga Ini Pergoki 24 Ular Berbisa di Rumah
Sebelumnya, ayah korban, Muhammad Ramli, 50 tahun, tak menduga anaknya tewas diterkam lalu ditelan seekor ular piton. Karena awalnya anaknya meninggalkan rumah menuju ke kebun untuk memanen sawit pada Ahad pagi, 26 Maret 2017, dan sempat kembali makan di siang hari.
"Pagi dia (Akbar) keluar rumah mau panen sawit. Tengah hari pulang, makan, baru kembali lagi. Setelah itu sudah tak tahu keberadaannya," tutur Ramli.
Setelah hilang sehari semalam, kata dia, ratusan warga berinisiatif untuk mencari anak saya. Dengan menyisir seluruh kebun sawit yang luasnya sekitar dua hektare. "Malam Selasa, warga pergi mencari anak saya, jam 22.00 Wita baru ditemukan," ucapnya.
DIDIT HARIYADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini