Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Memahami Beragam Terapi dan Pengobatan buat Pasien Skizofrenia

Sampai kini belum ada obat untuk menangani Skizofrenia, gangguan mental yang membuat penderita mengalami halusinasi, delusi dan perubahan perilaku.

5 Juli 2019 | 19.57 WIB

Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani Skizofrenia, gangguan mental yang membuat penderita mengalami halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Metode pengobatan yang dilakukan hanya sebatas mengendalikan dan mengurangi gejala pada pasien," kata dokter Tjin Willy.

Beberapa metode pengobatan meliputi obat-obatan dan terapi. Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan obat antipsikotik dalam dosis seminimal mungkin. Antipsikotik bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak. Pasien harus tetap mengonsumsi antipsikotik untuk seumur hidup, meskipun gejala yang dialami sudah membaik.

Obat antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntik. Tablet diberikan pada pasien yang mudah diatur, sementara obat suntik diberikan pada pasien yang berperilaku sebaliknya.

Ada beberapa efek samping obat antipsikotik yang dapat muncul, yakni berat badan bertambah, gairah seks menurun, kejang, mulut kering, penglihatan kabur, pusing, tremor. Antipsikotik terbagi dalam jenis tipikal (generasi lama) dan atipikal (generasi baru).

Saat ini, dokter lebih merekomendasikan atipikal karena memiliki lebih sedikit efek samping ketimbang tipikal. Beberapa jenis antipsikotik tipikal adalah chlorpromazine, fluphenazine, dan haloperidol. Sedangkan jenis antipsikotik atipikal antara lain aripiprazole, clozapine, olanzapine, dan risperidone.

Psikoterapi untuk penderita Skizofrenia bertujuan agar penderita dapat mengendalikan gejala yang dialaminya. Terapi ini akan dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Beberapa metode psikoterapi, antara lain:

Peneliti Jeroen Schuermans, memegang otak manusia yang telah diiris dan digunakan sebagai penelitian di Rumah Sakit Kejiwaan di Duffel, Belgia, 19 Juli 2017. Menurut peneliti, penelitian otak manusia ini guna mengembangkan perawatan baru untuk penyakit seperti psikosis, skizofrenia dan depresi berat. REUTERS/Yves Herman

-Terapi individual
Pada terapi ini, psikiater akan mengajarkan keluarga dan teman pasien bagaimana berinteraksi dengan pasien. Di antara caranya adalah dengan memahami pola pikir dan perilaku pasien.

-Terapi perilaku kognitif
Terapi ini bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir pasien. Kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-obatan akan membantu pasien memahami pemicu halusinasi dan delusi serta mengajarkan pasien cara mengatasinya.

-Terapi remediasi kognitif
Terapi ini mengajarkan pasien cara memahami lingkungan sosial serta meningkatkan kemampuan pasien dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu dan mengendalikan pola pikirnya.

-Terapi elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4 minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.

Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum dan obat untuk membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir melalui elektroda dan memicu kejang singkat di otak pasien.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus