Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Indonesian Pinhole akan mengadakan aksi perekaman gerhana matahari pada 20 April 2023.
Perekaman gerhana matahari menggunakan teknik suryagrafi atau solarigraphy.
Teknik suryagrafi membutuhkan perencanaan matang dalam mengeksekusi karya.
Indonesian Pinhole menggelar aksi perekaman gerak matahari untuk menyambut gerhana matahari pada 20 April mendatang. Perekaman dilakukan dengan menggunakan kamera lubang jarum yang terbuat dari kaleng bekas dan tripleks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Panitia Rekam Matahari Syafiudin Vifick mengatakan bahwa perekaman menggunakan teknik suryagrafi atau solarigraphy. “Merekam lintasan matahari dalam waktu cukup lama. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun,” kata Vifick kepada Tempo, Selasa, 11 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suryagrafi adalah teknik perekaman lintasan matahari dan pengaruhnya terhadap lanskap dengan menggunakan fotografi lubang jarum. Pendiri Indonesian Pinhole ini menuturkan, perbedaan teknik suryagrafi dengan fotografi pada umumnya adalah cara menghasilkan foto.
Pada teknik fotografi di kamera pinhole, untuk menghasilkan foto yang normal dalam cahaya yang terang itu membutuhkan waktu sekitar 30-60 detik, lalu kertas fotonya diproses di kamar gelap. Kertas foto akan diberi cairan bernama developer (bahan larutan pengembang), stopper (untuk menghentikan reaksi larutan pengembang), dan fixer (larutan pengawet gambar pada emulsi yang telah dikembangkan). Hasil pemotretannya berupa negatif.
Adapun pada suryagrafi, proses pengembangan gambar tidak dilakukan di kamar gelap. Melainkan terjadi di dalam kaleng. “Proses perontokan emulsi terjadi di dalam kaleng. Jadi, gambar sudah terbentuk tanpa proses cairan developer tadi.”
Suryagrafi karya Irman Ariadi di Candi Plaosan, Yogyakarta. Dok Irman Ariadi
Pendiri Indonesian Pinhole lainnya, Irman Ariadi, menambahkan bahwa teknik suryagrafi membutuhkan perencanaan matang dalam mengeksekusi karya. Misalnya melihat di mana arah matahari, menentukan ingin mengeksekusi matahari terbit atau terbenam. Perlu dipikirkan juga bila terjadi hujan, apakah kameranya akan rusak. Sebab, perekaman dilakukan dalam waktu panjang.
Sederhananya, kata Irman, fotografi dalam suryagrafi ini adalah, setelah kamera ada, lensa dibuka, lalu biarkan pada waktu tertentu sampai merasa yakin baru ditutup lensanya. “Tutupnya bisa selotip atau macam-macam. Sudah, beres,” katanya.
Di samping itu, untuk mempopulerkan teknik suryagrafi dalam kamera lubang jarum, Irman mengatakan, pihaknya tengah berupaya memasukkan kata "suryagrafi" dalam kamus bahasa Indonesia.
Dari buku panduan Rekam Matahari, pemasangan kamera dimulai dengan mencari tempat yang kokoh dan tidak goyang. Pemasangan bisa menggunakan alat apa pun, yang penting tidak mudah jatuh, tidak goyang karena angin, dan sebisa mungkin tidak mudah dijangkau orang.
Untuk arahnya, karena Indonesia adalah negara dengan lintasan matahari ekuator, lintasannya lewat atas. Sehingga tidak bisa tampak matahari terbit bertemu dengan matahari terbenam. Kondisi ini berbeda dengan di Eropa. Jadi, peserta rekam matahari harus memilih kamera mau menghadap timur atau barat.
Selanjutnya, jarak ideal untuk mendapatkan foto suryagrafi yang seimbang antara obyek dan langit bisa dihitung. Yaitu tinggi obyek ditambah satu meter atau lebih. Misalnya tinggi obyek 4 meter, berarti jarak idealnya adalah 5 meter atau lebih. Dengan catatan, lubang jarum menghadap titik tengah antara obyek dan langit.
Posisi kamera lebih tinggi atau lebih rendah atau sejajar dengan obyek, lubang jarum tetap harus menghadap ke titik tengah antara obyek dan langit. Jangkauan pandang dari lubang jarum sekitar 90 derajat. Jadi, peserta bisa memperkirakan komposisi foto yang diharapkan meski tanpa view finder.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo