Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Telkomsel optimistis investasinya di GoTo akan menjadi sumber penghasilan baru.
Telkomsel diuntungkan karena bisa masuk ke ekosistem GoTo.
Potensi kerugian akan terus membayangi Telkomsel selama GoTo belum membukukan laba.
JAKARTA – PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) mencatat kerugian yang belum terealisasi sebesar Rp 881 miliar pada kuartal pertama 2022. Dalam laporan keuangan induk usahanya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, disebutkan penyebabnya adalah investasi saham di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk.
Telkomsel membeli sebanyak total 89.125 lembar saham GOTO dari hasil eksekusi obligasi konversi senilai US$ 450 juta pada 18 Mei 2021. Saat GoTo melakukan stock split (pemecahan saham) pada 19 Oktober 2021, jumlah kepemilikan saham Telkomsel bertambah menjadi 23,7 miliar lembar. Setelah aksi tersebut, nilai investasi Telkomsel di GoTo berada di Rp 270-275 per lembar.
Potensi kerugian pada tiga bulan pertama ini dipicu selisih dari perubahan nilai wajar atas investasi yang dilakukan. Nilai saham GOTO dalam perdagangan perdananya senilai Rp 338 per saham, tapi terus turun sampai di bawah Rp 200 per lembar. Namun, dalam sepekan terakhir, tampak terjadi perbaikan tren. Saham GOTO tampak beranjak. Hingga penutupan perdagangan kemarin, emiten ini ditutup di level Rp 296 per lembar.
Staf khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara, Arya Sinulingga, menyatakan tren kenaikan harga saham ini bakal menghilangkan risiko kerugian yang belum terealisasi tadi. "Kalau dilihat dari saham yang ada sekarang, Telkomsel sudah untung lagi Rp 200-300 miliar," katanya. Dia optimistis tren kenaikan nilai saham GOTO bakal berlanjut. Dalam jangka panjang, dia menyatakan penyatuan ekosistem yang dimiliki perusahaan tersebut dengan Telkom Group bakal menjadi sumber penghasilan.
Vice President Corporate Communication Telkomsel, Saki Hamsat Bramono, menyatakan kedua perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah. Sejauh ini, sinergi yang dilakukan telah menghasilkan, antara lain, program paket data khusus untuk mitra pengemudi Gojek dan penjual di GoFood. Telkomsel juga telah melakukan digitalisasi mitra di gerai perusahaan untuk masuk ke ekosistem GoShop.
Soal pergerakan saham GOTO di bursa dan dampaknya terhadap keuangan perusahaan, Saki menyatakan tak perlu khawatir. "Pergerakan nilai saham yang fluktuatif menjadi hal yang wajar," katanya.
Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera, Janson Nasrial, juga menyatakan hal serupa. Telkomsel berpotensi mengalami kerugian, tapi belum terealisasi sejauh ini. "Tapi yang namanya private equity melihat valuasi dengan rentang waktu 10 tahun, dengan ekspektasi GoTo menjadi Amazon wannabe," kata dia.
Vice President PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, menuturkan kepemilikan saham Telkomsel bersifat strategis karena bisa masuk ke ekosistem GoTo. "Walau kemungkinan besar akan terus merugi sepanjang GoTo belum membukukan laba, Telkom diuntungkan dengan kerja sama ini," katanya.
Pengamat pasar modal, Yanuar Rizki, menyatakan risiko kerugian ini membayangi tak hanya Telkomsel, tapi juga Telkom. Sebab, Telkom merupakan pengendali Telkomsel. Artinya, setiap transaksi senilai Rp 1 di Telkomsel bisa mempengaruhi Telkom. Karena itu, dia memperkirakan, jika harga saham GOTO turun mendekati waktu tutup buku laporan keuangan, Telkom berkepentingan menjadi stabilisator harga saham GOTO.
Selain itu, Yanuar menilai pengembangan ekosistem Telkom ataupun Telkomsel tak harus dilakukan dengan menginvestasikan dana ke GoTo. "Kenapa enggak di pengendalian? Akuisisi saja GoTo," kata dia. Dia juga mewanti-wanti potensi penurunan harga saham GOTO hingga 50 persen di bawah harga penawaran IPO.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo