Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SEORANG perwira polisi terus saja menatap laptop di atas meja. Dari balik layar, tampak jelas wajah dua lelaki yang jadi buron kakap yang harus diciduk hidup atau mati: Azahari bin Husin, seorang pria berkacamata tebal, dan Noordin Mohammad Top. Sang perwira berpakaian sipil itu tak jemu memandang dua warga Malaysia yang dituduh berperan penting di balik ledakan bom di Bali, Oktober tahun lalu, dan di Hotel JW Marriott, Jakarta, awal Agustus lalu. Dari kakinya yang duduk selonjor di lobi hotel, tersembul pistol kecil di antara sepatunya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo