Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Menyerahkan Bangunan kepada Bank

Banyak bangunan tua di George Town dimiliki bank. Mereka dituntut merawat dan menghidupkan bangunan kuno itu.

4 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logan Heritage berdiri megah di sudut kawasan Lebuh Pantai, berseberangan dengan bangunan Standard Chartered Bank. Gaya Art Deco kental terlihat di bangunan tua peninggalan kolonial Inggris pada 1800-an yang kini menjadi kantor perlindungan warisan kebangsaan Penang itu.

Tak hanya Logan Heritage, beberapa bangunan lain tertata rapi dan terjaga bentuk keasliannya. Banyak bangunan itu dikelola menjadi area bisnis. Tengok­lah The Dapur Restaurant yang ada di Logan Buildings. ”Bangunan di sini masih terawat karena difungsikan untuk sehari-hari, seperti kedai dan restoran,” kata pemandu wisata, Yap Peng Hoe, 62 tahun.

Itulah salah satu trik para pemilik bangunan tua di George Town. Pria yang sudah sepuluh tahun menjadi pemandu wisata itu mengatakan, untuk menekan biaya perawatan dan pemeliharaan yang cukup mahal, para pemilik bangunan tersebut akhirnya menyewakan beberapa bagian bangunan.

Hal itu dilakukan Bank OCBC selaku pemilik Logan Buildings, yang menyewakannya untuk restoran. Juga Kembang Properties, pemilik Whiteaways Arcade, yang menyewakan bangunannya di kawasan Lebuh Pantai untuk galeri Seni Mutiara dan kafe Old Town Coffee.

”Biaya sewanya lumayan, US$ 1.000 per meter persegi setiap bulan. Ini bisa membantu membiayai perawatan gedung itu,” kata Hoe. Namun para penyewa mesti memenuhi persyaratan tertentu dari si pemilik bangunan. Misalnya tak diperbolehkan mengubah bentuk asli bangunan itu serta hanya menggunakannya sebagian besar sebagai kedai atau restoran bersih.

Hoe mengakui peran serta pihak swasta seperti bank dalam pemeliharaan bangunan tua di George Town memang cukup signifikan. Lihatlah bangunan yang dimiliki Standard Chartered dan ABN AMRO yang berada di Lebuh Pantai. Kedua bangunan itu masih berdiri dengan kukuh dan apik, seolah tak termakan usia.

Selain dikelola beberapa bank, bangunan-bangunan tua di George Town dikelola para keturunan si empunya bangunan. Misalnya yang terjadi pada Cheong Fatt Tze Mansion di Lebuh Leith, Dr Sun Yat Sen’s Penang Base di Lebuh Armenian, dan Penang Peranakan Mansion di Lebuh Gereja.

Presiden Penang Heritage Trust, Khoo Salma Nasution, mengatakan pengelolaan bangunan tua oleh pemilik secara langsung itu berlangsung sejak adanya pengakuan George Town sebagai kota warisan budaya dunia dari UNESCO pada 2008. ”Sebelumnya, hanya 15 persen bangunan itu yang ditempati para pemilik,” katanya.

Kesadaran masyarakat itu diakui Salma sebagai kemajuan yang hebat. Setidaknya pemilik menyadari properti mereka mempunyai nilai warisan yang tinggi dan mereka tidak akan menghancurkannya. ”Namun, ironisnya, setelah ada pengakuan dari UNESCO itu, harga properti George Town meningkat tajam,” ujar Salma.

Pemerintah sendiri, menurut Salma, selama ini hanya bertanggung jawab terhadap pemeliharaan bangunan pemerintah dan gedung publik, seperti rumah pengadilan, Town Hall, Balai Kota, serta kantor World Heritage. ”Jadi bangunan lain yang dimiliki perseorangan akan dipulihkan dan dikelola oleh keluarga atau perusahaan swasta,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus