Sepanjang 1960 hingga 1990-an, Australia melahirkan Indonesianis andal dan terkemuka. Dimotori Herbert Feith, studi tentang Indonesia berkembang pesat di kampus-kampus Negeri Kanguru. Sejumlah kajian mengenai Indonesia kemudian menjadi karya monumental dan sangat berpengaruh dalam dunia ilmiah.
Namun zaman keemasan Indonesianis meredup seiring dengan runtuhnya rezim Orde Baru, yang diikuti krisis ekonomi dan gejolak sosial-politik. Minat pelajar dan mahasiswa Australia belajar bahasa dan kajian Indonesia anjlok. Kebijakan pemerintah Australia membatasi bantuan dana untuk pengajaran bahasa-bahasa Asia, termasuk Indonesia, ikut menyumbang kian turunnya minat studi tentang Indonesia. Bahkan, di sejumlah kampus, program studi Indonesia mati suri.