Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Air Minum Jakarta Raya atau PAM Jaya mengalami ketergantungan air baku maupun air curah dari daerah lain hingga lebih dari 90 persen. Direktur Utama Perusahaan Daerah PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyampaikan sebagian besar sumber air baku dan air curah di Jakarta berasal dari Jawa Barat dan Banten.
Menurut Priyatno, 82 persen air baku dan air curah DKI mengalir dari Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, 12 persen dari Tangerang, dan enam persen dari sungai atau kali Ibu Kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi bisa membayangkan bagaimana DKI sebagai Ibu Kota Indonesia ketergantungan terhadap air curah maupun air baku berasal dari luar Jakarta," kata dia dalam diskusi virtual, Rabu, 23 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itulah, PD PAM Jaya berupaya memanfaatkan air di Ibu Kota menjadi air baku, meski kapasitasnya kecil. Bambang berujar salah satu upaya yang dilakukan dengan membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) di sejumlah lokasi.
Proyek ini dikembangkan bersama Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta agar dapat memperluas cakupan pelayanan air bersih ke warga membutuhkan. Target PAM Jaya adalah mendirikan SPAM Hutan Kota, SPAM Pesanggrahan, SPAM Ciliwung, SPAM Mookevart, dan SPAM Jatiluhur.
"Setidaknya bisa menjadikan kami menutupi gap antara kebutuhan dengan ketersediaan yang kita miliki saat ini," jelas dia.
Baca juga: Anies Baswedan Terbitkan Adendum Kerja Sama PAM Jaya dan Aetra
Saat ini, Bambang merinci, kapasitas air di Ibu Kota mencapai 20.227,5 liter per second (lps) dengan panjang pipa 11.916 kilometer. Sementara itu, total pelanggan PAM Jaya per Oktober 2020 sebanyak 888.342.