Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PENTAS Sakyamuni itu Saja (Perlu Mati) berangkat dari puisi; berlangsung bersama puisi, mantra, dan tari legong; berakhir dengan sunyi. “Selesai. Mati. Gelap. Terang. Mantra bisu. Doa bungkam. Langit dan bumi juga selesai.” Para pemain menyingkir ke samping, pembaca puisi surut menjauh dari penonton, lampu meredup untuk kemudian gelap.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo