Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PROSA (apakah betul prosa, dan bukan prosa yang keesai-esaian dengan bahasa berkualitas puisi?) berjudul Buku Jingga (2018) yang ditulis Nirwan Dewanto ini mendapat keterangan sebagai sekuel Buku Merah (2017). Sekuel bukanlah semacam “jilid berikutnya”, sehingga tetap bisa dianggap sebagai karya mandiri. Namun, ketika disebut sekuel, terandaikan ada hubungan dengan karya sebelumnya, yang juga -mandiri tanpa penutup “bersambung” pada halaman terakhir. Tentu terdapat kemungkinan bahwa wacana suatu sekuel akan menjadi bermakna, atau sebaliknya terbatasi maknanya, oleh karya yang mendahuluinya itu. Betapapun, dengan begitu tetap sahihlah jika Buku Jingga diperbincangkan bersama Buku Merah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo