Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Perempuan tua di ladang jagung

Ilmuwan amerika serikat, 81, menerima hadiah nobel untuk ilmu kesehatan atau fisiologi. menemukan unsur genetika pada jagung. (sel)

14 Januari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR pertengahan Oktober lalu, banyak penerbitan memuat foto seorang wanita tua yang menggenggam seontong jagung. Bukan untuk membuktikan keunggulan gigi nenek itu, yang masih mampu melawan biji-bijian yang cukup alot. Perempuan itu, Dr. Barbara McClintock, 81, ilmuwan Amerika Serikat yang tahun ini dianugerahi Hadiah Nobel untuk llmu Kesehatan atau Fisiologi. Keputusan Institut Karolinska di Swedia itu menghargai penemuan Dr. McClintock mengenai unsur genetika buah jagung yang berpindah-pindah. Tapi berita tentang pemberian hadiah itu tak mengubah jadwal Dr. McClintock, ahli genetika yang bekerja di Cold Spring Harbor Laboratories, New York. Ia mendengar kabar itu melalui radio, Senin pagi 10 Oktober itu, konon karena tak punya telepon di rumah. Dan, seperti biasanya, segera saja ia pergi ke daerah berhutan dekat rumahnya. Setiap pagi ia berjalan kaki sebagai latihan aerobik, sambil mengumpulkan biji walnut, yang ia campurkan ke dalam kue yang sering dibuatnya untuk teman-teman terdekat. Dr. McClintock tidak memberi penghargaan apa pun kepada rekan sekerjanya untuk suksesnya itu. Tak heran: sejak 30 tahun lalu, ketika ia menemukan kenyataan bahwa gene itu berpindah-pindah, ia bekerja seorang diri. Ia hanya memberi pengakuan kepada tanaman jagung yang sederhana itu, yang membantunya dalam penelitiannya itu. Dengan sangat terpaksa, ia mengadakan suatu konperensi pers. "Sebenarnya, orang tak memerlukan pengakuan masyarakat," ujarnya menjelaskan pendiriannya. "Yang penting, pengakuan para rekan seprofesi." Dengan nada lembut, wanita bertubuh kecil itu menjelaskan seluk-beluk penelitiannya itu yang, terkadang, bagi para ilmuwan pun masih sangat sukar dicerna. Tapi sesudah sikap longgar itu, Dr. McClintock kembali menyendiri dalam laboratoriumnya. Berulang kali para wartawan berusaha menemuinya, tanpa hasil. Dua orang wartawan Argentina, misalnya, selama beberapa hari berjaga-jaga di sekitar rumahnya, mengharapkan kesempatan membuat foto. Tapi Barbara bukan peragawati. "Ia tak peduli publisitas," ujar seorang teman. Bagi Dr. McClintock, keramaian akibat pemberitaan itu hanya mengganggu pekerjaannya. Hari itu telepon di laboratorium tempat ia bekerja tak berhenti mendering. "Barb mengangkat gagang pesawat itu sebentar, kemudian meletakkannya kembali tanpa menjawab," cerita Susan Gensel, rekannya di laboratorium itu. "Ia tak suka keramaian itu. Ia ingin bekerja." Selama enam dasawarsa, memang itu yang dilakukan McClintock. Meneropong melalui mikroskopnya, di laboratorium yang gersang itu, atau mengamati seontong jagung dalam genggamannya, ia mencoba mengungkapkan apa yang aneh dan bertentangan dalam tanaman jagung dan kromosomnya. Ia tak dibantu seorang asisten pun, juga teknikus. Ia mengajukan pertanyaan, dalam bentuk eksperimen, kepada tanaman jagung itu tentang susunan dan kegiatan genetiknya. Dari jawabannya, ia menyusun suatu kerangka deskriptif yang kompleks - begitu kompleks hingga banyak ahli genetika lain tak mampu mengikutinya. Intisari hasil kerja McClintock itu ialah penemuannya pada tahun 1951. Bahwa gene, unsur pembawa informasi keturunan, tidak mesti menetap di satu tempat pada kromosom. Gene itu bisa berpindah-pindah tak menentu, meloncat dari satu tempat kelain tempat lain pada kromosom. Akibatnya, "gene peloncat" itu bisa mempengaruhi atau menghambat fungsi tertentu gene yang lain. Jika kemudian "gene peloncat" itu kembali berpindah, fungsi gene yang tadi ia pengaruhi kembali bekerja normal. Teori tentang loncat-meloncat itu memang sangat bertentangan dengan pendapat baku di kalangan para ahli genetika waktu itu. Yaitu bahwa gene tetap pada lokasinya masing-masing di kromosom, bagai seuntai manik pada sehelai benang. Pendapat itu memang begitu mentradisi sehingga ketika McClintock mengumumkan penemuannya itu dalam suatu simposium pada tahun 1951, sambutan dingin saja. Para ilmuwan yang hadir tak bisa percaya pada kekuatan serangan terhadap keyakinan dasar yang dianggap sudah kukuh, sementara ada pula yang tak mengerti. Padahal, sebelum membentangkan teorinya dalam simposium itu, McClintock telah memuat ringkasan penelitiannya dalam buletin Proceeding of the National Academy of Sciences. Secara lengkap ia sajikan penemuan itu dalam Simposium tentang Biologi Kuantitatif di Cold Spring Harbor, pertemuan terpenting para ahli biologi setiap tahun. Tetapi, menurut J.R. Finchman, biolog yang menulis di majalah Nature, makalahnya itu memang menemukan suatu ketidakmengertian yang hampir menyeluruh. "Sangat sedikit di antara yang hadir mengerti yang dikemukakannya, dan lebih sedikit yang bersedia menerima pendapatnya," tulis Eincham. Bagaimana mungkin, pikir mereka, seseorang secara sendirian bisa melakukan semua pekerjaan yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan seperti itu? Berkata seorang biolog dan pemenang hadiah Nobel lain, George Beadle, "Tak banyak yang meyakini hasil kerjanya itu karena memang begitu sulit dipahami. Sekarang sudah jelas, karyanya itu sangat penting. Tapi waktu itu belum jelas." Tapi ada yang terjadi pada wanita itu. Ia lalu mengundurkan diri dari pergaulan. Sebelumnya memang sudah jarang ia menerbitkan kertas kerja atau tulisan lain, tapi kini sama sekali stop. "Tak ada yang membacanya. Jadi apa gunanya?" pernah ia katakan. Lalu ia pun menenggelamkan diri dalam penelitian. Sendirian. Ada dua sebab mengapa sambutan kepada hasil kerjanya begitu dingin, menurut para rekan. Pertama, sudah dikatakan, kertas kerja McClintock bukan termasuk yang mudah dicerna. Gaya tulisannya sangat padat dan sulit diikuti strukturnya. "Di balik setiap paragraf terdapat setumpuk data," ucap Stephen Dellaporta, biolog muda yang melakukan penelitian DNA atas unsur berpindah-pindah hasil penemuan McClintock. "la mungkin melakukan ratusan eksperimen untuk mendukung satu saja pernyataannya". Tambahan lagi, McClintock tak suka berdiskusi dengan para rekan yang berpendapat lain. Menurut seorang kenalannya, sikap seperti itu akibat sifat malu yang bercampur dengan suatu kecerdasan yang sangat unggul. Ia tak suka menjelaskan dirinya kepada mereka yang tak bisa "mendengar". Itulah sebabnya ia hanya meneruskan pekerjaannya diam-diam. Adakah ia merasakan suatu kedongkolan, bahwa akhirnya orang memberinya pengakuan setelah sekian lama? "Tidak, tidak, tidak," ia nyatakan dalam konperensi pers itu. "Saya sama sekali tak merasa dongkol, sama sekali tidak. Saya bersungguh-sungguh." Setidak-tidaknya, dalam segala hal ia memang bersungguh-sungguh. Selama hampir tiga puluh tahun jadwal kesibukan sehari-harinya tak berubah. Bangun sangat pagi, melakukan senam aerobik, sarapan, kemudian berjalan kaki di daerah berhutan sekitar tempat tinggalnya. Menjelang pukul 7.00, ia sudah berada di perpustakaan, membuat fotokopi makalah yang baru terbit atau membaca jurnal mutakhir. Kemudian berangkat ke laboratorium, tempat ia terkadang sibuk hingga 16 jam. Di musim semi dan musim panas ia tanamkan jagungnya di ladang kecil, sekitar 200 m dari laboratorium. Tidak selamanya Dr. McClintock punya tempat yang demikian tetap. Bertahun-tahun ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terutama karena pekerjaan yang ditawarkan kepadanya hanya bersifat sementara. Meskipun ia "orang yang paling terlatih dan paling mampu di negeri ini mengenai sitologi (ilmu sel) genetika jagung", seperti dikatakan profesornya di Universitas Cornell, R.A. Emerson, ia tak ditawari tempat mengajar permanen karena ia wanita. Dan hal itu tak aneh, di sana. Barbara McClintock lahir 16 Juni 1902 di Hartford, New York, anak ketiga di antara empat anak seorang dokter. Orangtuanya tak menganjurkan suatu karier ilmu kepadanya. Bahkan ayahnya pernah berpesan kepada pimpinan sekolah anak-anaknya agar mereka tak usah diberi pekerjaan rumah. Meski begitu Barbara gemar membaca. Pada usia 17 ia memasuki Universitas Cornell sekalipun ibunya berkeyakinan universitas bukan tempat bagi seorang wanita. Ia bermaksud mempelajari pembiakan tanaman. Tapi Departemen Biologi Cornell tak mengizinkan wanita memilih bidang itu sebagai pelajaran utama. Ia terpaksa memilih bidang botani dan mengkhususkan diri dalam genetika tanaman. McClintock memperoleh doktornya pada tahun 1927. Beberapa tahun ia mengajar dan melakukan riset di Cornell serta beberapa universitas lain. Tapi ia dianggap terlalu muda dan kurang berpengalaman, bagi pekerjaan di universitas, hingga akhirnya pada tahun 1942 ia sempat tak punya kerja. Ia memperoleh bantuan seorang rekannya di Universitas Cornell hingga ia diajak Milislav Demerec, direktur Carnegie Institution of Washington, ke Cold Spring Harbor. Ia menempati sebuah bekas garasi di seberang jalan laboratorium institut itu. Meski kemudian, pada tahun 1962, Carnegie Institution menutup sarananya. McClintock tetap di Cold Spring Harbor sebagai anggota kehormatan. Ketika mulai menetap di situ, ia sebenarnya sudah terkenal secara internasional mengenai penelitiannya tentang jagung. Ketika masih di Cornell, ia sudah mengidentifikasikan kesepuluh kromosom khas tanaman jagung. Itu memungkinkan para peneliti lain melakukan perbandingan cermat atas kromosom jagung selama beberapa generasi, sesuatu yang mendasar dalam penelitian genetika. Tak larna kemudian, bersama rekannya, Harriet Creighton, McClintock membuktikan bahwa unsur gene memang membawakan informasi keturunan yang menentukan ciri tanaman itu. Selama ini pendapat itu hanya merupakan suatu teori. Ketika itu struktur serta komposisi kromosom belum dikenal, hingga kertas kerja McClintock mengenai ini menempatkannya di kalangan teratas para ahli sitogenetika. Menjelang 1941, McClintock juga sudah melaksanakan sebagian terbesar penelitian yang akan membawanya ke kesimpulan bahwa fungsi gene jagung itu bisa dipengaruhi unsur genetika yang berpindah-pindah itu. Ringkasnya, ia menemukan bahwa sepasang gene pada kromosom kesembilan bisa, bila bekerja sama, mengaktifkan atau membungkam sejumlah gene yang menentukan warna setiap butir jagung. Gene itu dinamakan McClintock activator atau AC dan dissociator atau Ds. Gene Ac mengisyaratkan kepada gene Ds agar berpindah tempat atau "meloncat". Dan bila gene Ds setuju, kromosom itu terputus di tempat asalnya. Bila gene Ds itu kemudian menempati posisi baru sepanjang kromosom, gene tetangganya ia "bungkam" kegiatannya. Nah, semua kesibukan unsur genetika itu muncul sebagai perbedaan pewarnaan tiap-tiap butir jagung. Sementara itu penelitiannya tentang kelainan pada unsur genetika jagung itu telah menyebabkan ia diangkat menjadi anggota National Academy Sciences, 1944. Waktu itu ia ilmuwan wanita ketiga yang mendapat kehormatan demikian. Ketika menerima pengangkatan itu, McClintock berkata, "Saya bukan pejuang hak wanita. Tapi saya selalu berterim kasih bila batasan tak wajar ditembus - bagi Yahudi wanita, Negro, dan lain-lain. Itu membantu kita semua." Tapi ketika tujuh tahun kemudian ia mengemukakan penemuannya mengenai "gene peloncat" itu - yang akhirnya menghasilkan Hadiah Nobe baginya - ia hanya menerima tiga permintaan bagi kopi makalahnya. Untungnya, namanya tak pernah lenyap dari arus utama penelitian bidang genetika. Sejumlah koleganya, seperti Marcus Rhoades, yang membantunya mendapatkan tempat di Cold Spring Harbor, dan George Beadle, selalu meyakini hasil kerja McClintock serta memahaminya. Tambahan lagi, selama sebagian terbesar kegiatannya, wanita itu bermukim di Cold Spring Harbor Laboratories, pusat utama penelitian DNA sekitar tahun 50-an dan 60-an, yang sekarang menjadi pusat utama penelitian kanker. Salah seorang tokoh yang pernah lama menjadi direktur laboratorium Cold Spring Harbor itu ialah James D. Watson, satu antara tiga pemenang hadiah Nobel atas pengunkapan struktur DNA. Sesudah McClintock menemukan "gene peloncat" itu, "arus ahli genetika yang terbaik di dunia tak berhenti datang ke Cold Spring Harbor untuk mendengarkan cerita Barbara itu," cerita Watson. Lalu. sejak tahun 1970-an, McClintock mulai diakui secara luas atas kerja dan penelitiannya di bidang pengaturan dan pernyataan gene. Mengapa pengakuan begitu lambat? Menurut Owen Hannaway, ahli sejarah ilmu di Universitas John Hopkins, hanya teknik penataan kembali unsur DNA yang mungkin mengesahkan penemuan McClintock dalam sistem organik lain daripada jagung. Sedangkan teknik itu pada tahun 1951 belum ada. "Itu contoh hasil kerja di bidang genetika konvensional yang dilakukan pada waktu terjadi suatu revolusi di bidang ilmu biologi," ujar Hannaway. "Mestinya terasa sungguh tak seirama dengan peristiwa dramatis yang mengubah biologi modern. Betapa aneh. Tapi hadiah itu suatu bukti tentang kebijaksanaan kesabaran. Sekarang kita memiliki suatu teknologi yang menemukan artinya dalam suatu penelitian terdahulu." Dengan kata lain, biologi sendiri akhirnya bisa mengejar pengetahuan yang sudah dimiliki McClintock berpuluh tahun sebelumnya. Komentar James Watson, "Sesungguhnya, ilmu akhirnya bisa mengejar Barbara." Memang, terutama dalam 10 tahun terakhir, berbagai penemuan dalam biologi molekuler membuktikan kembali teori wanita ahli itu. "Tak seorang pun berpikir tentang genetika, sekarang, tanpa menyadari arti penelitian McClintock," ujar Watson lagi. Saat ini "gene peloncat" McClintock menduduki tempat utama dalam ilmu biologi. Bila kuman mengembangkan daya tahan terhadap sejenis antibiotika sekarang diketahui bahwa ciri itu mereka pindahkan pada kuman lain melalui "unsur berpindah" yang ditemukan McClintock itu. Besar kemungkinan, unsur itu berperan dalam pengubahan sel normal menjadi sel ganas seperti dalam kanker, serta dalam mempercepat laju proses evolusi. Kini hasil penelitian McClintock merangsang puluhan ahli biologi molekuler memulai meneliti buah jagung. Benih jagung yang dihasilkan McClintock sendiri telah tersebar melalui berbagai laboratorium di dunia, sedangkan pengetahuan yang ia peroleh dikaji kembali. Sebab, dengan pengetahuan itu dimungkinkan mendapatkan pengertian baru dalam berbagai proses pengaturan gene dan mutasinya. Pengakuan bagi wanita ahli itu juga datang dalam bentuk lain. Tahun 1981 ia memenangkan Hadiah Albert Lasker bagi Penelitian llmu Kesehatan Dasar. Hadiah ini sangat terpuji dan berjumlah US$ 15.000. Ia juga diangkat menjadi anggota MacArthur Foundation di Chicago. Kehormatan ini menjamin suatu penghasilan sebesar US$ 60.000 setiap tahun - seumur hidup dan bebas pajak. Ini sekian di antara delapan hadiah penting dan berharga yang ia terima sebelum Nobel tahun ini. Selama sejarah Hadiah Nobel sejak tahun 1901, hanya enam wanita lain pernah memenangkannya di bidang ilmu-ilmu lain. Kelebihan McClintock ialah, selain ia wanita pertama yang menang di bidang ilmunya, ia memenangkan hadiah itu sendirian - lebih-lebih pada zaman kini, ketika jumlah terbanyak penelitian dilakukan oleh suatu tim. Ia sendiri merasa terhanyut ketika menerima berita itu. Lalu berkata, dalam konperensi pers itu, "Agaknya, kurang adil menghadiahi seseorang untuk suatu kesenangannya sendiri selama bertahun-tahun: meminta tanaman jagung memecahkan berbagai problem spesifik dan memperhatikan jawaban tanaman itu." la belum punya rencana mengenai penggunaan uang hadiah yang US$ 190.000 itu. Pernah dinyatakannya, satu-satunya yang perlu bagi penelitiannya ialah kaca mata yang baik. Meski begitu, ketika menerima hadiah yang lain, mulai 1981, ia sempat membeli mobil Honda Accord dan pindah ke rumah baru, meninggalkan tempatnya yang ia huni selama 20 tahun lebih. Yang penting, ia sudah terpatok di bidang pekerjaannya, sampai ke akhir hayat. "Bekerja di ladang jagung," seperti dikatakannya, "begitu menyenangkan hingga saya tak pernah berpikir untuk berhenti. Saya benci karena terpaksa harus tidur sewaktu-waktu. Saya tak bisa membayangkan kehidupan yang lebih menyenangkan dari ini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus