Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Ritual-ritual Kuno Penolak Wabah

JAUH sebelum pandemi Covid-19 mengoyak bumi, berbagai daerah di Nusantara sudah beberapa kali berhadapan dengan pagebluk yang memakan korban jiwa. Kondisi itu memunculkan beragam kearifan lokal yang bertaut erat dengan tradisi untuk mencegah ataupun melawan wabah. Ritual itu tak hanya berupa perapalan mantra dan doa, tapi juga tari-tarian, syair, serta upacara tradisional yang sebagian di antaranya masih dilestarikan sampai sekarang. Di Bali, misalnya, dikenal tari sakral sanghyang yang memadukan gerak tari dan trans, juga kidung, yang dilakukan untuk mengenyahkan bala dan memohon perlindungan dewata.

Ada pula metode penyembuhan dan ramuan tradisional yang dipercaya berkhasiat mengobati penyakit dari masa ke masa. Bermacam ritual itu termaktub dalam buku Menolak Wabah yang dirilis Penerbit Ombak bekerja sama dengan Borobudur Writers & Cultural Festival Society, akhir tahun lalu. Buku yang terbagi menjadi dua jilid itu memuat puluhan karya tulis yang menggali kearifan lokal penolak wabah, dari relief, manuskrip, sejarah rempah, hingga ritual budaya.

20 Februari 2021 | 00.00 WIB

Penari Sang Hyang Dedari yang kesurupan di Taman Budaya Denpasar, Desember 2015. ANTARA/Nyoman Budhiana
Perbesar
Penari Sang Hyang Dedari yang kesurupan di Taman Budaya Denpasar, Desember 2015. ANTARA/Nyoman Budhiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

DUA bocah perempuan itu menari dengan padu pada suatu petang di sebuah pura di Karangasem, Bali. Kedua mata mereka terpejam, larut dalam kidung yang dinyanyikan belasan perempuan paruh baya yang duduk di belakang. Cengkok suara para penyanyi itu membuat syair terdengar liris. Belasan menit kemudian, kedua penari mungil itu limbung. Tubuh mereka rebah. Dua penyanyi lantas membopong dan memangku satu-satu bocah yang sedang dalam keadaan trans itu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus